Senin, 15 Februari 2016

#MatahariAkar [Mainnya (Kurang) Jauh]

Di samping istilah 'kurang piknik' yang sempat ngetrend di kalangan teman-teman kampus, ada juga istilah 'mainnya kurang jauh' di kalangan teman-teman Smansa. Kurang lebih, kedua kalimat ini artinya sama.

Berhubung feel 'rumah' yang pertama kali gue rasakan adalah di Smansa, maka aktivitas yang terpusat di Smansa, misal mengisi mentoring dan melatih Pandawa, rasanya seperti pulang. Bahkan gue yang kecebur-basah-kuyup di BEM selama 4 tahun aja, kalau mengacu pada redaksi teman-teman Smansa gue, judulnya adalah 'main'.

Jadi ceritanya program exchange gue ini sudah ada sejak 20an tahun. Adapun beberapa tahun terakhir ini (at least dari hasil kepo gue, sampai 5 tahun sebelum angkatan gue) selalu ada delegasi dari Indonesia. Akibatnya, menjadi sangat wajar ketika banyak sekali harta gono-gini dan warisan turun-temurun dari program exchange gue ini. Di awal kedatangan gue, gue dan kedua teman gue mendapat warisan dari angkatan atas sebanyak lima belas kardus.

((LIMA BELAS KARDUS))

Udah mah warisannya dititipkan di tempat senpai yang lokasi tinggalnya di dekat kampus yang jauh dari tempat tinggal kami pula *bingung kan? Haha*. Alhasil kami sampai sewa taksi untuk mengangkut warisan sebegitu banyak. Seorang dari kami (yang paling jago bahasa Jepangnya) kami paksa naik taksi biar barangnya ga nyasar dan kami sisanya jalan kaki dari kampus jauh ke dorm. Sialnya adalah kami salah belok dan perjalanan ini terasa makin menyedihkan karena jauh bener. Dalam keadaan tanpa nyasar aja, jarak kedua kampus ini sekitar 5 km. Ditambah dengan nyasar, yaaaah, begitulah. Dua jam jalan kaki.

Dari warisan sebanyak LIMA BELAS KARDUS yang tadi itu, gue menemukan sesuatu,

Piring Forkom :3

Bacaannya adalah,
Forkom Alim's cabang Jepang
Lengkap dengan enam tetes kincir jus jeruk
:'

Jadi ceritanya di pekan pertama kedatangan kami ke Jepang, program exchange gue ini mengadakan fieldtrip dan salah satu agendanya adalah membuat kerajinan tanah liat. Sepertinya rundown fieldtrip-nya tidak berubah begitu banyak dalam beberapa tahun terakhir. Piring Forkom itu dapat gue pastikan adalah hasil karya Si Teteh yang pernah membuat gue penasaran dengan program exchange ini. Identitas asli Si Teteh adalah Rindang Khairani (Smansa '08, FKH IPB 45) dan gue biasa memanggil beliau dengan sebutan "Teh Ibon".

Setelah main sejauh 5800 km dan ternyata masih menemukan piring Forkom, sepertinya main kali ini masih kurang jauh :)

Atau lingkaran ini yang terlalu lebar?
:'

Home is where the heart is,
Ayo mulai bersiap untuk rencana main lain yang Insya Allah lebih jauh :)

Tidak ada komentar: