Selasa, 20 Desember 2016

Eksklusifisme Anak Soleh

Alkisah ada seorang mantan komti gue pas TPB, sebut saja namanya X, dan gue berteman dengan si X ini di chat application Line (karena punya nomornya). Sudah setahun-dua-tahun belakangan ini, status di timeline si X dipenuhi banyak hal tentang kesibukan usahanya mencari rezeki halal dan aktivitas memanah. Wuidiiih, keren lah ya memanah, salah satu dari tiga jenis olah raga yang disunnahkan oleh Rasul, tuh. Olah raga lainnya yang disunnahkan adalah berenang dan berkuda.

Si X ini aktif di dalam lembaga dakwah Islam di kampus gue, for short banyak teman yang menyebut lembaga ini dengan menyingkat nama beken masjid kampus gue, Alh*rr. Awalnya gue ga pernah notice tentang status-status si X. Hingga beberapa waktu lalu sempat agak iseng membaca statusnya dan tetiba ngeuh bahwa si X ini sedang repot-repot mengembangkan klub memanah Alh*rr. Kalau kata di statusnya sih sepertinya namanya Alh*rr Archery Community. Di statusnya itu si X sempat cerita tentang mahalnya harga busur dan anak panah, jumlah peralatan yang terbatas (karena mahal) sehingga harus gantian, dan lain sebagainya. Pokoknya kalau baca statusnya, dia keliatan banget lah sedang berjuang mengembangkan komunitas memanah itu.

Setelah mikir beberapa detik, rasanya gue pengen teriak di depan mukanya (fyi, berhubung gue anak baris berbaris, jadi kalau gue bilang pengen teriak di depan mukanya that means GUE EMANG PENGEN TERIAK BENERAN DI DEPAN MUKANYA),
WOY, LU GA USAH SOK-SOK SUSAH BERJUANG BIKIN KOMUNITAS. ITU UKM MEMANAH DI IPB UDAH ADA DARI DULU!!

Terkait tentang judul post ini, that's what I want to talk about.

Dari foto-foto di status si X, keliatan banget kok bahwa member perempuan di komunitas itu adalah perempuan yang jilbab panjang dan pakai rok. Kalau menganalisa dari nama komunitasnya sih sepertinya member laki-lakinya bercelana di atas mata kaki dan jenggotan. Mereka adalah orang-orang berlabel soleh-solehah di lingkungannya.

Padahal gue tau, di kalangan soleh-solehah, salah satu pertanyaan yang masih sulit ditemukan jawabannya adalah bagaimana cara memberi warna nilai-nilai keislaman di sebanyak mungkin lini kehidupan. Gue tau juga bahwa di dalam kurikulum pengajian anak soleh-solehah itu ada instruksi untuk bergaul secara luas. 

Tapi kalau orang-orang soleh-solehahnya malah bikin komunitas eksklusif sendiri, ya dipikir aja gimana pertanyaan itu bisa terjawab.

Wallahu'alam bisshawab
Mungkin para soleh-solehah dan bikin komunitas panahan itu terlalu mengedepankan ghadul bashar (menjaga pandangan), dengan asumsi teman-teman di UKM Panahan kampus itu tidak seluruhnya berkerudung, sehingga akhirnya lebih memilih membuat klub memanah eksklusif yang isinya cuma kalangan tertentu.

Mungkin para soleh-solehah dan bikin komunitas panahan itu lupa bahwa pahala mendakwahi saudara-saudara muslim yang berada di zona 'kurang' hingga dapat berhijrah ke zona keimanan yang lebih baik itu pahalanya luar biasa.

Mungkin para soleh-solehah dan bikin komunitas panahan itu lupa bahwa berdakwah itu harusnya ke seluruh penjuru bumi, bukan di halaman masjid aja. Kalau para sahabat ga berhijrah untuk berdakwah, mungkin Islam belum akan sampai ke nusantara.

Mungkin para soleh-solehah itu terlalu menelan bulat-bulat pepatah "Berkawan dengan pandai besi akan mendapat panas, berkawan dengan tukang minyak wangi akan terkena wangi". Mungkin probabilitas "Berkawan dengan pandai besi bisa jadi nanti dikasih hadiah pedang yang bagus" ga dimasukkan dalam perhitungan. Padahal setiap orang pasti punya hal baik, kan?

Mungkin gue yang iri karena ga diajak bergabung di komunitas memanah anak soleh-solehah? Haha, insya Allah ga iri. Teman gue banyak kok. Lagipula, sepertinya gue punya prinsip berbeda mengenai definisi 'azas kebermanfaatan' sebagai muslimah yang punya kewajiban untuk berdakwah.

Mungkin gue kurang solehah?
Nah, ini yang paling mungkin. Gue kurang solehah sehingga ga paham kenapa mereka harus bikin komunitas eksklusif untuk berlatih panahan padahal UKM Panahan di kampus udah ada dari dulu. Lagipula, ah, apa atuh gue mah, pake rok aja baru semester 7.

Mungkin gue terlalu suudzon?
Nah, bisa jadi. Manusia memang banyak kurangnya. Mohon maaf jika ada yang tersinggung, semata-mata gue menulis ini setelah berpikir dan menganalisa kok, bukan asal nulis.
Wallahu'alam bisshawab.

Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat bagi diri gue sendiri, syukur-syukur jika bermanfaat bagi orang lain. Semoga jika di masa yang akan dateng gue punya kesempatan untuk berkelompok eksklusif bersama orang-orang soleh, gue akan lebih selektif mengenai komunitas eksklufis mana yang akan gue ikuti.

Dear, para soleh-solehah, mau gue bocorkan satu hal?
Teman-teman kampus yang jadi objek dakwah  kalian itu terlalu enggan bergabung dengan kalian karena merasa kalian itu eksklusif.

Sekian.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Suka dil tulisannya :)

Deny Prasetyawan mengatakan...

he...heg...apa itu namanya..heg...he....ah itu lah #Kabur #ngumpet #mimikri

noxymon mengatakan...

oh jadi si 'itu' bikin komunitas lagi wkwkwk

#lahJadiGhibah