Rabu, 13 April 2016

#MatahariAkar [Snow in Tokyo (dan Sekitarnya)]

Berhubung gue adalah makhluk tropis, jadi ketika pertama kalinya melihat salju itu rasanya bahagia luar biasa.

Salju pertama turun di akhir Januari. Salju turun dengan sangat lebat dari tengah malam hingga pagi hari sehingga ketika pagi gue (dan teman-teman yang makhluk tropis lainnya) dapat bermain-main. Kuliah diliburkan karena salju yang sangat tebal (jalanan sulit dilewati sampai bahkan kereta sulit beroperasi) sehingga mainnya jadi semakin puas.
Hehehe

Pemandangan dari balkon belakang kamar
Tiga Diva STEP
Ulalaaa~
Yaa Allah, dingin, lupa bawa sarng tangan T_T *padahal mah emang gaya aja*
Jejak Sepatu *serius udah di-rotate tapi ga bisa*
Filantropi
Rumah Kita

Beberapa hari kemudian ketika salju sudah mulai mencair,
Ngadagoan saha, Neng?

Sebenarnya ada beberapa kali turun salju lagi di Tokyo sih tapi cuma secuil-cuil gitu dan di jam yang agak kurang manusiawi, misal jam 2 pagi, sehingga jadi sulit dinikmati. Kebanyakan dari saljunya sudah meleleh ketika bangun tidur dan hanya menyisakan aspal yang basah saja.

Di tengah musim berjudul 'Winter' ini ada seorang praktikan gue yang berlibur ke Jepang (gue juga ga paham dan takjub karena dia berlibur sendirian ke Jepang). Praktikan gue ini merupakan praktikan di mata kuliah Peralatan Industri Pertanian. Dia aslinya anak Fisika, seangkatan gue. Entah mengapa doi emang hobi ngambil SC TIN. Sampai ASPK aja diambil masa, huft~ agak ga paham kalau yang itu.

Praktikan gue itu ceritanya pengen banget main snowboard akhirnya dia memesan paket snowboard/ski di travel agent di Bogor. Akan tetapi jumlah pemesanan minmal adalah dua orang, akhirnya dia mengajak gue ikut serta. Bayarnya mah tetep aja sendiri-sendiri.
T_T

Bagi gue, paket ski itu membuat gue menang banyak, haha. Dengan biaya sebesar *tuuuuut* *sensor* gue dapat JR Tokyo Wide Pass selama 3 hari dan naik Shinkansen pulang-pergi ke tempat ski/snowboard dari stasiun Tokyo (pulangnya ke Ueno tapinya).

Berhubung praktikan gue itu anak Fisika, selama perjalanan ke arah tempat ski naik Shinkansen itu gue mendapat kuliah singkat mengenai magnetic levitation. Itu prinsip kerja Shinkansen. Mantep bro~

#shombong
Praktikan berbakti, untung udah ga bisa dikasih nilai plus. Btw ini foto ketika ke gunung.
Gaya aja doloooo~

Note:
Foto setelah ski tidak diperkenankan untuk diambil karena tampilannya mengenaskan setelah jatuh berpuluh kali. Selain ke tempat ski, gue dan praktikan juga sempat main ke gunung, nama gunungnya Takao. Foto berdua tadi itu adalah foto naik gunung, haha. Untuk naik gunung ada beberapa opsi seperti jalan kaki, naik chair lift (semacam gondola yang gue naikin itu), atau kereta gantung yang tertutup.

Actually, this post is already late for almost 2 months. But it's okay *muka santai* *sekarepmu, dil*.

I don't know why, but 6 months living a life in not-your-motherland sometimes made me more likely to use English rather than Indonesian. I'm sorry for my 'belepotan' grammar.

Over all,
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Bonus foto
Iklan pasta gigi di gunung, as always


Senyam-senyum bahagia, ga tau aja abis itu bakal jatuh bertubi-tubi

Tidak ada komentar: