Jumat, 13 Januari 2017

Aksi Mahasiswa

Preface
Gue terlalu geregetan untuk ga nulis apapun terkait aksi mahasiswa 12 Januari 2016 kemarin. Sesungguhnya ide menulis ini sudah ada sejak pertama kali dengar mau ada aksi, tapi apa daya baru berhasil diselesaikan sekarang.

Let's begin.
Kalau kata Bung Karno mah,
Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia
Ini artinya apa? Artinya adalah pemuda itu aset. Masa muda itu merupakan aset. Maka jangan heran kalau dunia mengharapkan para pemuda banyak melakukan hal besar.

Pertama-tama, bagi gue aksi itu sesuai dengan arti harfiahnya; bergerak, melakukan sesuatu, tidak berpangku tangan. Kemudian sebagai mahasiswa, gue menghormati dua tipe mahasiswa berdasarkan jenis aksi yang biasa mereka kerjakan.

Tipe 1
Mahasiswa tipe 1 ini adalah teman-teman yang demen bergerak di bidang akademik. Teman-teman kita ini percaya bahwa amanah utama mereka dikirim orang tuanya ke perantauan adalah untuk belajar. Ini yang bener. Bener banget malah. Alhasil mereka belajar dengan rajin, pada jago bahasa Inggris, rajin bikin paper, ikut conference atau lomba yang bukan tidak mungkin skalanya mencapai skala internasional *intergalaksi juga dijabanin mungkin kalau ada*. Teman-teman ini berharap bahwa ilmu yang mereka peroleh sampai intergalaksi itu di masa depan dapat bermanfaat untuk membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
Ayo bilang aamiin rame-rame.

Tipe 2
Mahasiswa tipe 2 ini biasanya adalah teman-teman yang ikutan organisasi. Biasanya gerakannya spesifik ke arah kemasyarakatan/kemanusiaan, sosial, dan politik. Tidak sedikit aksi nyata teman-teman tipe 2 ini yang hasilnya dapat terlihat dalam waktu relatif singkat misal kegiatan turun ke desa, pengabdian masyarakat, pendampingan UMKM, sampai aksi mahasiswa mengajar ke daerah-daerah sekitar kampusnya. Banyak dari teman-teman kita ini (khususnya yang kuliah di PTN) berpendapat bahwa mereka bisa berkuliah karena salah-satunya ada peran pajak untuk menyubsidi biaya sehingga dapat dijangkau. Which is pajak itu dibayarkan oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk warga yang berada dalam katagori kurang mampu. Maka ketika ada rakyat yang merasa tertindas (misal karena harga bahan-bahan pada naik [ya kurang-lebih penyebab aksi kali ini lah]) mereka merasa harus melakukan sesuatu.

Dua tipe mahasiswa di atas adalah dua tipe yang gue hormati.
They know what to do. They have their own way/vision to create a better Indonesia.

Gue sangat mengapresiasi jika kedua tipe ini ga saling menjatuhkan satu sama lain, toh niatnya sama-sama untuk Indonesia kan?

Tipe 3
Nah, ini adalah tipe yang gue kadang suka ga abis pikir. Ini adalah tipe yang kerjanya nyinyir dengan teman-temannya yang termasuk tipe 2, bilang aksi ngerusuh lah, ga ada gunanya lah, ga jelas asal-mula kajiannya kayak apa lah, kuliah aja masih minta uang ortu trus sok-sokan mau aksi lah, aksinya ga ngasih solusi lah, sebagai mahasiswa harusnya lebih cerdas lah, apa lah segala rupa dikata-katain.

Padahal orang tipe 3 ini kalau diajak hadir kajian pendalaman materi aksi, beeeeeuh, pasti adaaaaaa aja alasannya untuk nolak.

Tipe ini juga adalah tipe yang sering mencari sejuta alasan ketika 'ditodong' untuk menjadi mahasiswa tipe 1. Ya ngeles ga jago bahasa Inggris lah, ga jago nulis lah, IPK ngepas lah, apa lah ada aja alesannya.

Hellooooow
Kalau kebanyakan nyinyir, entar keburu tua, entar keburu 'ga berpotensi' apa-apa. Alasan untuk ga ngapa-ngapain mah memang pasti ketemu kalau dicari. Mending coba mulai melakukan sesuatu dari sekarang.

----------

Gue alhamdulillah selama jadi mahasiswa pernah berusaha untuk menjadi tipe 1 dan tipe 2. Gue pernah coba-coba ikut lomba tentang pertanian, meskipun nyaris ga juara. Gue juga pernah ikutan jadi tim koordinator aksi, meskipun cuma ngurusin carter angkot dan P3K. Overall, gue juga ada bayangan kok ke depannya mau melakukan apa untuk Indonesia. At least, gue mencoba melakukan sesuatu.

Akhir kata, kalau mengutip kata-kata Bang Faldo Maldini mah,
"Ya gapapa mahasiswa cuma bisa nuntut. Kalau mahasiswa bisa ngasih solusi mah dipertanyakan itu gunanya para staff ahli di kepresidenan."
NAH INI!!

Untuk teman-teman yang aksi (terlepas dari apapun jenis pergerakan yang dilakukan),
Selamat luruskan niat, komentator mah ya udah lah ya biarin jadi komentator aja. Kalau ada pertandingan bola juga kan pada akhirnya yang dilihat adalah pemainnya, bukan komentatornya. Kalau gagal, coba lagi. Kalau salah, perbaiki, mumpung masih jadi mahasiswa, mumpung masih 'boleh' salah.

Cheers!!

Tidak ada komentar: