Selasa, 21 Juni 2016

Pemahaman Hidup dari Teknik Optimasi

Beberapa hari lalu ada salah seorang praktikan gue mengepost di linimasa sebuah chat messenger miliknya,
10x10
Gue cukup yakin 10x10 itu adalah ukuran matriks yang harus dibuat untuk menyelesaikan soal UAS mata kuliah Teknik Optimasi karena dua tahun lalu gue menghadapi matriks 10x10 juga.

Cemangat eeaa qaqa!!

[Sumber gambar]

Berbicara mengenai Teknik Optimasi, ada sebuah pemahaman yang gue pelajari dari mata kuliah ini. Pemahaman ini juga sesuai untuk digunakan di dalam kehidupan nyata.

Secara umum, mata kuliah Teknik Optimasi ini -sesuai dengan judulnya- membicarakan mengenai bagaimana caranya kita mengoptimasi suatu proses produksi dengan segala constrain (hambatan) yang ada. Misal, bagaimana caranya memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dari ketersediaan sumber daya (modal) yang terbatas, atau bagaimana caranya memperoleh suatu target keuntungan tertentu dari sumber daya yang seminimal mungkin. Selalu ada target dan hambatan ketika melakukan sesuatu. Hidup memang seperti itu, kan?

Mungkin selama ini, kita pernah beberapa kali mendengar teori mengenai mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal (sumber daya) sesedikit-sedikitnya. Sayangnya, menurut gue, teori itu nyaris tidak mungkin.

Di dalam Teknik Optimasi, gue belajar bahwa fungsi tujuan optimasi itu di mana-mana cuma ada satu, di dalam kehidupan nyata sekalipun seperti itu. Mungkin masih ada yang ga paham. Di sini akan sedikit gue uraikan beberapa contoh yang sempat gue tulis tadi.

Kasus 1
Memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dari ketersediaan sumber daya yang terbatas
Di dalam kasus ini, kita memiliki constrain berupa sumber daya (modal) yang terbatas dan kita ingin mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Katakanlah kita punya industri kue yang memproduksi kue A dan kue B. Kue A harga jualnya lebih mahal daripada kue B. Kue A pakai telur 3 kali lebih banyak daripada kue B. Kue A pakai tepung 2 kali lebih banyak daripada kue B. Jika harga telur adalah sekian dan tepung adalah sekian, silakan tentukan jumlah produksi kue A dan kue B untuk mencapai keuntungan optimum.

Perhatian, soal di atas itu dibikin secara ngasal, ga usah coba-coba dikerjain.

Di sinilah peran dari ilmu optimasi dibutuhkan. Bagaimana caranya kita mengatur jumlah produksi kue A dan kue B, biar sumber daya (modal) ga kurang, tapi untungnya bisa sebanyak mungkin.

Kasus 2
Memperoleh suatu keuntungan tertentu dari sumber daya seminimal mungkin
Di dalam kasus ini, kita ingin memiliki tujuan berupa target keuntungan tertentu dan kita berupaya meminimumkan constrain sumber daya (modal) hingga seminimal mungkin agar target kita tercapai. Misal kasusnya masih industri kue A dan B. Untuk kasus ini agak sedikit berkebalikan. Kali ini kita sudah menentukan mau punya untung sekian untuk tiap kali produksi, tugas kita adalah menentukan jumlah produksi minimum (yang berimplikasi pada modal minimum) untuk mencapai keuntungan tersebut.

Di sini peran dari ilmu optimasi juga dipakai. Bagaimana caranya kita mengatur jumlah produksi kue A dan kue B, biar bisa mendapatkan keuntungan sejumlah sekian, tapi ongkos produksinya bisa sesedikit mungkin.

Kasus imajiner
Mencari keuntungan sebanyak mungkin dengan modal (sumber daya) sesedikit mungkin
Mengapa gue berkata bahwa kasus tersebut adalah imajiner? Karena di kasus itu fungsi tujuannya ada dua (untung banyak dan modal sedikit), pelakunya ga berkorban apa-apa, dan juga ga ada constrain apa-apa. Pada kenyataannya, hidup ga semudah gitu.

----------

Teknik Optimasi mengajarkan gue untuk mencapai sebuah fungsi tujuan dengan adanya constrain tertentu yang harus dihadapi. Adanya 'masalah' memang merupakan suatu indikator kehidupan, kalau ga mau punya masalah mah ya ga usah hidup.

Sesungguhnya, inti besar dari mata kuliah Teknik Optimasi ini adalah kita harus punya fungsi tujuan dalam hidup. Apa sih tujuan kita? Lalu yang selanjutnya harus kita lakukan adalah mengerahkan segala daya dan upaya secara optimal serta efisien, berkorban sana-sini secara optimal serta efisien, mengupayakan segala constrain, dan lain sebagainya secara optimal serta efisien agar fungsi tujuan itu tercapai.

Mengapa harus secara optimal serta efisien? Karena itu adalah tujuan dari Teknik Optimasi. Kalau ga mau optimal dan efisien mah kerjain aja segala sesuatunya tanpa perlu ada strategi dan perhitungan.

Bagaimana kalau kita punya beberapa keinginan dalam satu waktu. Percayalah, itu akan nyaris mustahil dilakukan semuanya. Ingat, fungsi tujuan hanya boleh ada satu.

Hidup sehari-hari di Jepang selama beberapa bulan ini membuat gue belajar Teknik Optimasi dalam bentuk yang lebih nyata dan aplikatif. Teknik Optimasi ini hampir selalu gue dapatkan ketika berniat pergi ke suatu tempat lalu browsing rute menggunakan gmaps *maaf bukan promosi*. Untuk negara yang perihal transportasi massal-nya sudah terkelola dengan baik, gmaps dapat memprediksi dengan luar biasa tepat mengenai waktu tempuh dan ongkos untuk pergi ke suatu lokasi, lengkap dengan berapa kali jumlah pindah kendaraan.

Tiap kali gue mau pergi, gue tinggal menentukan aspek apa yang ingin dioptimasi pada perjalanan kali ini?
Misal hari ini dompet sedang tipis karena uang beasiswa belum turun, ya carilah rute dengan ongkos termurah tapi jangan heran kalau harus pindah kereta/bis beberapa kali, sesekali harus berjalan kaki, serta waktu tempuh yang lebih lama (karena jalan atau pindah-pindah kereta/bis tersebut). Atau misal hari ini berangkat janjian hampir telat, ya carilah rute tercepat tapi jangan heran kalau harganya lebih mahal.

Mau mencari rute tercepat dan termurah?
Bikin aja perusahaan transportasi sendiri~
Itu juga kalau bisa lebih cepat dan murah, haha *ketawa jahat*.

Contoh kasus lain, teman sejurusan gue ada yang punya bisnis konveksi. Bisnisnya berkembang pesat 2-3 tahun terakhir. Suatu hari pas sedang mengerjakan mata kuliah Perancangan Pabrik, gue sempat bertanya secara personal tentang kabar bisnis dan akademis dia. Jawaban dia saat itulah yang seketika membuat gue sadar bahwa Teknik Optimasi ini dapat menyelesaikan lebih banyak pertanyaan dalam hidup, bukan terbatas pertanyaan ujian di atas kertas saja.
"Kan fungsi tujuan optimasi cuma ada satu ya, Dil? Nah, gue pilih kembangin konveksi gue. Nilai gue pada akhirnya ada yang berantakan, sempet juga ga bisa ngambil SKS full di suatu semester karena IP gue kurang. Tapi gue puas, soalnya fungsi optimasi gue terpenuhi. Nanti akademis yang kurang-kurangbisa gue cicil pelan-pelan. Toh batas lulus maksimal 12 semester kan?"
Di situ gue terdiam sambil bengong.
Takjub.

Bagi sebagian orang, mungkin lulus 12 semester bukan pilihan hidup yang ingin diambil. Tapi bagi teman gue ini, lulus 12 semester adalah constrain yang harus dihadapi demi pemenuhan fungsi optimasi agar usaha konveksinya berkembang dengan luar biasa.

Pilihan dalam hidup kadang bisa dihadapi dengan sesimpel itu. Sesimpel mata kuliah Teknik Optimasi. Ga usah berharap biar ga ada hambatan ketika kita melakukan sesuatu karena itu ga mungkin.
Cukup tentukan fungsi tujuannya,
dan upayakan seluruh hambatannya.
:)

Tidak ada komentar: