Minggu, 28 Oktober 2012

Kisah yang Ter-pending

Kisah kali ini adalah sambungan dari kisah yang ini.

Sejujurnya dari awal matrikulasi gue sebel sama Ari. Gue sebel karena dia mau jadi sipil pas kuliah.

Ujar gue waktu itu..
"Gilaaaaaaa. Lu udah sebegitunya pas SMA dan mau sipil sekarang?"

Dan yang gue salut, Ari berhasil membuktikan kata-katanya ke gue bahwa dia memang seriusan berniat mau sipil. Dia ga jadi RT. Dia bahkan ga mengacungkan tangan untuk jadi calon putra tani di laskarnya dulu. Dia ga jadi komti. Ga jadi PJ makul apapun. Seriusan lah itu bukan Ari yang gue kenal pas SMA.

"Sebenernya kerjaan gue cuma menahan tangan gue untuk tidak teracung saat dibuka lowongan-lowongan pada posisi tersebut. Susah siiiih, tapi gue bisa kok nih.."
Asli lah gue bete..

Meskipun ternyata dia ga sipil-sipil amat. Dia ikut PKM yang saking rempongnya sampe tipes dan ga bisa dateng ke Closing Smansa day 2012. Tapi tetep aja, kalo mau jahat sih itu hitungannya tetep sipil.

Finally, setelah setahun, debut ketaksipilannya diawali dengan dia mencalonkan diri jadi ketua AK 19 saat Techno-F 2012 lalu. Dan yaaaaa, kalau ada yang mengamati sih langsung terbukti bahwa skill leadership Ari masih oke. Itu bisa dibuktikan dengan saat Sotef 3 ga ada AK-nya Ari yang telat dan melanggar SOP. Beda banget sama AK gue yang kebanyakan telatnya sehingga nyaris ga lolos MPF karena poin AK yang kurang. *maaf malah curhat*

Tapi sepertinya stop sampai di situ. Saat ada pemilihan calon ketua angkatan Fateta, Ari tetep ga ikutan. Itu sebenernya gue kesel juga (ini kenapa malah gue yang kesel mulu deh?). Gue geregetan aja, dari beberapa belas anak Smansa di Fateta 48, yang ikutan jadi calon ketua angkatan cuma Luthfi doang.

Inget banget di akhir semester 2 gue sempet nanya ke Ari perihal dia nanti mau nyoba BEM F atau Himalogin, dan jawabannya lagi-lagi bikin gue kesel..
"Gue mulai menikmati kesipilan gue, Dil. Kayaknya mau sipil lagi deh."
Apaaaaaaa??
Ini tidak bisa dibiarkaaaan!!

Lalu, saat H0 Hagatri 2012 ada pemilihan ketua angkatan. Gue pribadi sih pengen banget Ari jadi ketua angkatan TIN 48. Gue yakin aja dia bakal bisa wow lah untuk angkatan gue. Yaaa, tapi melihat track record kesipilan Ari, sepertinya gue berharap dia mencalonkan diri aja udah syukur.

Saat sesi pemilihan ketua angkatan itu, diumumkan bahwa yang berniat mencalonkan diri menjadi ketua angkatan harap maju ke depan.
Satu orang maju..
Dua orang..
Tiga orang..
Cowok semua, dan ga ada Ari maupun Hanif.

Gue bete tingkat dewa. Plis deh Ariiiiii, ayolah majuuuuuuu. Tapi karena itu dikatakan dengan bahasa kalbu (baca : hanya diucapkan di dalam hati) ya wajar lah Ari ga denger.

Sebenernya Ari dan Hanif itu qualified. Jauh lebih beres dari gue. Tapi ya itu tadi, mereka kagak maju-maju.

Gue kesel (maaf jika 2 kata ini sering banget diulang). Sedangkan kakak-kakak SC terus-menerus ngomporin..
"Mana nih yang lain?"
"Cuma bertiga doang?"
"Ga ada yang mau jadi ketua angkatan TIN 48 lagi?"

Dengan kalap, akhirnya gue maju. Ya, gue mencalonkan diri menjadi ketua angkatan TIN 48. Rada sarap memang. Sepertinya itu gue sedang setengah sadar deh.

Dari posisi berdiri gue setelah maju dan mencalonkan diri, atau lebih tepatnya mungkin menjerumuskan diri sendiri, gue dapat dengan mudah melihat Ari. Meski cuma melihat sekilas doang, gue tau bahwa ada pergulatan batin di dalam diri Ari, dan gue pengen banget senyum atas hal itu.

Koplaknya adalah gue adalah orang yang susah banget nahan senyum. Mungkin kalo ada yang liat ekspresi gue dengan 3 kandidat cowok lain itu muka gue antara nyantai nyaris ngajak ribut dengan bersusah payah nahan senyum sementara 3 cowok lain udah keringetan sedemikian rupa.

Gue yakin di dalam batinnya Ari sudah berkecamuk perang dahsyat..
"Anjir, si Dila pake maju lagi. Anjir. Sial. Aaaaaaaaaaah, gue galau mau maju apa enggak. Aduuuuh, maju ga yaaaa?"
Yaaa, mungkin tidak sealay itu. Tapi kurang lebih sepertinya kayak gitu.

Para SC pun terus ngomporin..
"Yaaa, ini udah ada satu kandidat perempuan."
"Mana ini yang laki-lakinya? Kalah sama yang perempuan."

Lalu dimulai hitung mundur dari 3. Masih juga ga ada yang mau maju. Dan gue bisa liat Ari makin keringetan. Pasti di dalam hatinya perang batin yang terjadi sudah semakin seru.

Lalu dimulai penghitungan mundur dari 5, dengan berbagai pengomporan lain dari SC.
"Kalau alasannya ga punya pengalaman, ya semuanya kalau baru nyoba juga emang ga bakal punya pengalaman."
"Hey yang laki-laki, kalian mau dipimpin sama perempuan!"
"Kalau alasannya ga sanggup, kan kalian belom pernah nyoba."

Akhirnya adegan yang gue tunggu-tunggu pun terjadi. Ari yang tadinya masih dengan posisi istirahat di tempat, dalam sepersekian detik mengambil posisi siap, lalu maju dan berdiri tepat di samping kanan gue.

Pasti saat itu gue ga bisa nahan senyum.
Uyeeeeeeee, Ari berhasil selangkah menuju ketaksipilan.

Saat itu yang maju masih sedikit, ga sampai 10 orang. Lalu mulai dipanggil tiap AK.
"AK 1 mana?"
"AK 2 ga ada yang nyalonin diri?"
Dan seterusnya.

Hingga pada saat AK-nya Hanif disebut, AK 11, lagi-lagi itu merupakan adegan yang gue nantikan. Hanif akhirnya maju. Mungkin di dalam hatinya sebelumnya juga telah ada pergulatan batin yang seru..
"Sial, Dila udah pake maju pula. Haduh, Ari juga udah maju. Masa gue ga maju?"
Lagi-lagi mungkin ga sealay itu, tapi gue yakin sempat ada pergulatan batin di dalam diri Hanif karena Hanif keringetan parah dan memberikan sekilas senyum pasrah yang dipaksakan kepada gue dan Ari saat maju.

Setidaknya, majunya gue saat itu sudah berhasil bikin atmosfer Korfat jadi rada panas. Lumayan lah jadi banyak yang maju. Meskipun pada akhirnya gue dan para volunteer wanita lain sepertinya memang didesain untuk tidak usah diloloskan.

Setelah serangkaian tes yang panjang *oke, ini lebay* akhirnya terpilihlah 4 besar kandidat calon ketua angkatan TIN 48 yaitu Andriyan, Alfahri, Nizam, dan Ari. Ari disebut terakhir. Sebenernya gue udah deg-degan aja, takut ternyata cuma 3 dan Ari masih belom disebut sampe saat ketiga. Eh untungnya ujung-ujungnya kesebut juga.

Seminggu setelahnya, saat H1 Hagatri, ada momen pemilihan ketua angkatan 48 setelah shalat Ashar di Alhurr. Berhubung cuaca mulai mendung-mendung galau, prosesi pemilihan yang tadinya mau di Lapangan Tenis depan Alhurr terpaksa harus dipindahkan ke Node PAU.

Di Node PAU masih berlanjut diskusi panel yang sebelumnya sempat terhenti saat di Lapangan Tenis. Setelah diminta menunjukkan bukti dan pengaruhnya terhadap angkatan 48, nyaris setiap calon ketua angkatan minta kami untuk jargon TIN, baru kali itu gue berharap punya jargon yang singkat seperti "Wow".

Selanjutnya ada seorang SC yang berbicara. Suara SC itu, rasa-rasanya gue kenal. Saat gue nengok, nah tuh kan beneeeeeeeeeeeeeer. Itu Kak Fima, Fima Firdaus Firman.

Gue baru tau bahwa ternyata beliau TIN 7 tahun di atas gue adalah saat gue udah TPB (sejak SMP dulu gue cuma sadar bahwa dia IPB tapi ga pernah nyadar jurusannya apa). Ternyata beliau masih belom berubah sejak terakhir gue ketemu di WL, beliau masih hobi bikin games dinamika kelompok yang ajaib. Games ajaib kali ini adalah berbaris spiral berurutan dari yang paling muda hingga ke yang paling tua, yang paling muda di pusat lingkaran dan makin ke luar makin tua. Instruksi lainnya adalah cuma para 4 calon ketua angkatan aja yang boleh ngatur.

Dan begitulah, dengan sensasional dan rada riweuh, akhirnya brerhasil terbentuk spiral tanpa ada yang urutan lahir yang kelewat. Meskipun para calon berempat itu memang mengoordinir, tapi bisa keliatan bahwa Ari dan Alfakhri yang paling berisik ngurus ini-itunya.

Setelah serangkaian diskusi yang melelahkan karena tak kunjung menemukan satu suara, akhirnya terpilihlah Ari sebagai Ketua Angkatan TIN 48. Hal yang bisa gue lakukan saat ada pengumuman mengenai ketua angkatan terpilih adalah hanya nyengir lebar yang ternyata cengiran gue ditangkap Ari, dan dia membalas dengan nyengir yang ga kalah lebar. Gue bahkan nyaris yakin di dalam hatinya ia berkata..
"Dasar lu, Diiiiiiiiiil.. Ini semua gara-gara eluuuuuu.."

Ternyata eh ternyata, yang nyengir bukan cuma gue doang, tapi Hanif juga, haha. Cukup tau deh apa yang ada di kepala Hanif.


Epilog :
Hal paling kocak dari terpilihnya Ari sebagai Ketua Angkatan TIN 48 adalah saat Ari ingin mendiamkan angkatan dalam beberapa forum diskusi yang telah kelewat gaduh dengan cara mengepalkan tangan sambil berkata dengan suara bulat dan intonasi ala POSKO, "Oke, cukup!!". Ternyata eh ternyata angkatan gue ga pada ngerti itu maksudnya apa dan tetep aja pada ribut.

Minggu, 21 Oktober 2012

Zenith

Inget beberapa tahun lalu (kok jadi berasa tua gini?) yaaaa sekitar 2 tahun lalu lah, Ndu pernah menulis di blognya tentang kata zenith. Menurutnya kata itu lucu dan kalau ga salah sempat berangan kalau punya anak nanti mau dikasih nama Zenith.

Gue akui saat itu, kalau sampai ada orang yang namanya Zenith itu keren banget. Keren parah. Orang yang ga ngerti, mungkin di kali pertama mendengarnya aja bisa langsung bilang keren tanpa bahkan tau itu artinya apa.

Randomly, gue saat ini pengen ujug-ujug bilang ke Ndu, bahwa..
"Nduuuuuu, anak 49 ada yang namanya Zenith lhooooo, lengkapnya Muhammad Zenith Aeman. Dia anak TIN, NRP-nya lupa antara F34120027 atau F34120029, pokoknya kepala 2, tapi lebih gede dari NRP gue. Dia Kadep Kastrat Magenta."

Sebenernya dari awal MPKMB, saat bagi-bagi rumpun untuk anak Undangan, gue udah liat ada yang namanya Zenith tapi ga pernah nyadar dia departemen apa. Haha, taunya TIN juga.

Dengan ajaib, suatu hari gue ketemu Zenith dan gue nyengir dadah-dadah *pasti bisa kebayang kan bentuk gue gimana, pasti juga bisa dibayangkan bagaimana kekagetan Zenith di-dadah-in sama gue* lalu menyapa,
"Kulminasi Atas :D"
Dan Zenith cuma bisa kiceup setengah cangak.
*kiceup (bahasa Sunda) artinya berkedip, tapi sering diasosiasikan sebagi berkedip linglung dengan ekspresi kebingungan*

Sepertinya untuk ke depannya, kalau gue ketemu Zenith saat sedang iseng, gue bakal manggil dia dengan "Kulminasi Atas". Artinya sama kok..


Yang lainnya tentang zenith..
Menurut perhitungan gue 2 tahun lalu, setelah bongkar-bongkar arsip blog, ternyata 2 hari yang lalu Matahari berada pada zenith Kota Bogor lhooo.

Rabu, 17 Oktober 2012

Tidak Dapat Berfikir Jernih

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Manakala ia tersenyum
Meskipun senyuman itu mungkin bukan untuk saya

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Karena caranya menanyakan dan meminta tolong untuk hal-hal sepele kepada saya yang, hei, pertanyaan dan permintaan tolong itu sungguh luar biasa sepele
Padahal, bahkan mungkin saja ternyata saya memang hanya sesepele itu baginya, sehingga hanya ditanyakan untuk hal-hal sepele pula

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Karena cara teman-temannya yang sibuk ber-ehem-ehem ketika dia berbicara dengan saya
Padahal, hei, bisa saja temannya memang sedang mengidap radang berkepanjangan

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Karena caranya memperlakukan saya
Karena saya yakin saya akan tersenyum tanpa henti, dan saya bukan orang yang terlatih untuk menyembunyikan senyuman

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Karena caranya memperlakukan saya
Karena seluruh perlakuannya mampu membuat dunia saya membeku sejenak demi mengabadikan momen-momen yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk diabadikan bagi orang lain, tapi menjadi penting bagi saya

Saya tidak dapat berfikir jernih,
Karena bayangnya sering muncul di dalam fikiran senggang saya.

Dan momen ter-tidak-dapat-berfikir-jernih adalah kemarin sore ketika ada salah seorang teman yang keceplosan berkata,
"Dil, dia pernah nanyain tentang kamu ke aku lho.."
.G64110005.

Kamis, 11 Oktober 2012

Hujan

Akhir-akhir ini Bogor mulai menunjukkan identitasnya sebagai Kota Hujan. Hujan berlangsung nyaris tiap hari. Bagi gue yang dari lahir udah di Bogor, defini hujan versi gue yaitu hujan gede banget banget banget disertai angin kencang yang sebelumnya diawali dengan angin sore yang bisa bikin galau. Kalau cuma gerimis kecil dan ga pake angin mah itu bukan hujan.

Ya Allah, makasih ya atas hujannya :)

Setiap hujan, selalu pengen pulang. Ngobrol berempat ngalor-ngidul. Makan mie kuah Ibu yang mahaenak, atau nasi goreng Ayah. Baca buku ga berenti di kamar karena ga memungkinkan untuk nonton atau ngenet.

Kalau hujan, jadi sering inget Gang Sekret. Sekret-sekret yang pada bocor saat hujan. Drainase ga bagus yang bikin selokan kecil di depan sekret selalu banjir tiap hujan dan bahkan pernah menghanyutkan sebelah sepatu Bram.

Kalau hujan sore hari, jadi inget astro. Besar kemungkinan malam hari akan cerah. Suasananya akan dingin-dingin galau, dan cocok banget dipakai untuk nonton bintang sambil berjaket di halaman rumah.

Kalau hujan siang atau sore pada hari Senin atau Kamis, jadi inget Pandawa. Anak Pandawa yang langsung cabut dari kelas masing-masing untuk keluar, ke Lapangan Depan, demi menurunkan bendara Merah Putih. Seringkali dimarahi satpam SMP karena menurunkan bendera SMP begitu saja, atuh lah kan ujaaaaaaan, benderanya harus diturunin.

Kalau hujan yang mau-mau-enggak-enggak selama hampir seharian, jadi inget NF. Hujan kayak gitu yang bikin kelas U5 ga pulang-pulang.

Hujan lainnya, ada hujan yang mengingatkan gue dengan masa SD. Berlarian dengan jas hujan atau tanpa payung sepanjang lingkar Kebun Raya, dari arah Gang Selot hingga BTM. Dijemput les oleh Ayah naik motor dan pulangnya lewat kebun karet di belakang kompleks.


Dulu, ada euforia dari dalam diri untuk menyambut hujan yang hampir selalu dinanti. Dan hujan menyadarkan bahwa kini ada saatnya menahan diri bahkan untuk sesuatu yang diharapkan.

Sabtu, 06 Oktober 2012

@PBA

PBA adalah mata kuliah Pengenalan Bahan Agroindustri.

Part 1 (Misi Besar)
Kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri, @RK H102 (a). Jumat, 7 September 2012.
"..Barangkali, kalau untuk bersaing dengan luar negeri, barang kita masih sulit. Tapi coba untuk penuhi dulu seluruh kebutuhan dalam negeri.."
.Ibu Titi Candra.

Tiba-tiba jadi inget Soga Lorong kedua, Lorong 3B Rusunawa Angkatan 48. Rabu, 29 Juni 2011, ba'da shalat Isya berjamaah.
Amah Ainun : "Ada lagikah yang mau menceritakan tentang apa yang ingin kalian lakukan sehingga memilih kuliah di IPB?"
Lalu ada sebuah tangan teracung.
Amah Ainun : "Iya, Dik, silakan."
Sang pemilik tangan itupun berujar..
"Yang mau saya lakukan adalah berperan dalam mewujudkan Indonesia yang berswasembada"
Amah Ainun : "Memangnya departemen kamu apa, Dik?"
Lagi, sang pemilik tangan berujar..
"Teknologi Industri Pertanian, Amah.."
Dan seketika diamini oleh seluruh penghuni baru lorong 3B Rusunawa.

Bismillahirrahmaanirrahiim..


Part 2 (Upgrading Niat)
Kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri, @RK H102 (a). Jumat, 5 Oktober 2012.
"..Kalau kalian di sini cuma ngabisin waktu, dateng kuliah tapi pikiran kalian ga di sini, coba dong inget pongorbanan oang tua kalian, mereka nyari uang di kampung halaman kalian di sana biar bisa ngirim ke kalian tiap bulan. Kalau kalian belajarnya juga ga disertai niat yang ikhlas, saya ga yakin ilmu-ilmu di sini bisa jadi ilmu yang bermanfaat.."
.Ibu Titi Candra.

Meskipun kampung halaman gue cuma 12,5 km dari kampus, sepertinya sampai sini ada niat yang harus diupgrade di setiap saat mau berangkat kuliah karena innamal 'amalu bi niyyat. Harusnya sih ga boleh mikir "Pas K3 mending ngerjain ABPA aja daripada tidur di AMN karena adem". Pasti susah aplikasinya --"
Ya tapi kalo ga susah ya ga bakal naik level.

Bismillahirrahmaanirrahiim..