Jumat, 28 Februari 2014

Nikah Muda

Tanpa bermaksud apa-apa ke berbagai pihak yang sedang  kepengen nikah muda, gue hanya pengen mengutarakan sedikit yang ada di kepala gue mengenai nikah muda.

Mengenai nikah muda, gue suka beda aja pikirannya dengan yang udah ngebet banget nikah sebelum umur 23. Apa lagi sama yang pengen nikah abis lulus kuliah, gue suka ga kepikiran aja.

Gue pribadi sebagai perempuan sadar bahwa setelah gue nikah maka tanggung jawab gue akan untuk suami gue. Trus, gue pernah nanya gini ke salah seorang teman gue (perempuan juga) yang hawa-hawanya akan nikah tahun depan,
Lu dari kecil dirawat sama orang tua lu, disekolahin, dikuliahin, trus lu abis kuliah mau langsung nikah gitu? Padahal abis nikah kan lu 'ga ada apa-apa' lagi sama orang tua lu. Gue sih mau hepi-hepi dulu bareng ibu gue, doing something yang seru dulu untuk diri gue, ngasih apa kek gitu ke orang tua gue dengan hasil usaha gue sendiri.
Dan temen gue itu cuma berkata,
Iya siah, Dil..
Nah itu..
Makanya gue suka beda aja pikirannya sama yang ngebet nikah muda.

Menindaklanjuti post salah seorang teman gue di sini, sesungguhnya gue termasuk dalam salah satu personil Petisi Piala. Dari awal gue sebenernya ikut itu untuk seru-seruan aja, gue sadar kayaknya yang dapet pialanya bukan gue, haha.

Setelah temen gue itu memiliki istilah Galur Murni yang kini diakui oleh seluruh Petisi Piala, di TIN (khususnya P1) ada istilah baru yaitu Pure Blood. Ini terinspirasi dari ayah-ibunya Yudhis yang keduanya alumni TIN lantas Yudhis meng-klaim dirinya sebagai pure blood agroindustrialist.

Dan jangan tanya sekarang gue pengen Galur Murni atau Pure Blood
Pokoknya jangan tanya aja
Haha
:P
*sumpah ini bukan kode*

Kembali ke urusan nikah, gue sempet ngobrol-ngobrol dengan salah seorang teman sekelas gue di P1, namanya Mbak Youvita. Dan ada hal-hal yang sedikit-banyak gue setuju dengan dia.
"Gue sih ga keberatan Dil kalau suami gue nanti keadaannya belum 'di atas' ya tapi ga di bawah-bawah banget juga. Mana ada sih orang tua yang mau ngasihin anak perempuannya untuk diajak hidup susah? Dari bawah sih bawah, tapi ga dari nol juga. Kayak SPBU aja dari nol."
Setuju gue sama yang itu.

Mengenai ibu gue yang kadang suka mulai eror dan berkata,
"Kak, temen-temen Ibu udah pada mantu nih. Ibu kapan yak?"
Yakali Bu itu pertanyaannya..
Gue cuma bisa nyengir polos.
Haha..

Meskipun gue sesungguhnya kagum sama yang nikah muda (karena gue belum sanggup seperti itu), tetep aja gue beda aja pola pikirnya.
Begitu lah, maaf jika menyinggung, namanya juga opini.
:D

Minggu, 23 Februari 2014

Kelakuan --"

Buat yang di jalan, hati-hati..
Buat yang di hati, kapan jalan-jalan?
.Rizky Rachmatika Putri.
*gabisa di-printscreen karena keyboard laptop sedang eror*

Ini ngakak banget deh Put :p

Jumat, 14 Februari 2014

Fieldtrip Tinformers (Part 5 : Hari ke-7-8)

Setelah menghilang dari internet selama hampir 2 minggu, sekarang gue mau melanjutkan sekuel fieldtrip Tinformers yang sempat tertunda.

Hari ke-7
Pagi hari ini di bis 2 dimulai dengan kerusuhan makan pempek dari Tek Kom di malam sebelumnya. Pempeknya habis dengan kecepatan yang tak terbayangkan.
*Maaf ya Ian lu ga dapet pempeknya, hehe.

Kami diterima oleh pihak Madubaru (dulu bernama Madukismo) jam 8 meskipun pada akhirnya baru tiba jam 9. PT Madubaru ini adalah pabrik gula. Menurut Prof Andi Hakim Nasution dalam buku PIP (Pengantar Ilmu Pertanian) yang gue khatamkan 3 kali ketika TPB dulu, kenapa orang Jawa suka makanan atau minuman manis? Karena di Jawa sono banyak pabrik gula. Kenapa banyak pabrik gula? Karena di sana banyak tanaman tebu. Kenapa banyak tanaman tebu? karena di sana jelas antara musim hujan dan musim kemarau sehingga tebu dapat tumbuh dengan baik, ga kayak di Bogor yang musim kemaraunya saja hujan.

Jadi tanaman tebu tersebut akan dibiarkan tumbuh selama musim hujan, dan akan dipanen ketika musim kemarau karena kandungan gulanya sudah 'terisi' selama musim kemarau *maaf kalau penjelasan abal gue ga memuaskan, nanti gue baca buku PIP lagi deh abis minggu ini*. Pemanenan biasanya berlangsung pada Maret hingga September. Ketika panen, sering ada upacara-upacara adat gitu. Sayangnya kami datang di Januari.
Yaudah, nanti kita semua PL di Madukismo aja biar bisa liat upacara adatnya. Kan lingkungan pasti ada, SDM bisa laaah, supply chain bisa, pengemasan bisa, capstone pasti banyak yang bisa dievaluasi, bioin bikin alkohol juga bisa.
.Bendahara kelas P2, ketika rapat panitia.

Di Madubaru ini ada hal unik, yaitu kereta untuk mengangkut tebu yang kini sudah dialihfungsikan menjadi kereta wisata.
Nechan : Kenapa gue pilih Madubaru, padahal pabrik gula di Jawa itu banyak, karena di Madubaru itu nanti kita bisa naik kereta wisata gitu untuk ke tempat pemrosesannya :3
Seluruh panitia : Horeeeeee *sambil tepuk tangan kayak bocah*
Camel : Tapi per orang bayar lagi 6000
Seluruh panitia : *langsung diem*
Ria : Tenaaaang, fieldtrip kita Insya Allah surplus kok..
Seluruh panitia : Yeeeeeeeeeeeee *tepuk tangan lagi*
Bocah semua emang ini panitianya, bingung gue juga --"
Pabrik gula yang ada kereta wisatanya kayaknya memang sudah melewati tahap analisis pengambilan keputusan yang baik.

Terdapat penjelasan mengenai kereta wisata ini dari pihak Madubaru yang zonk banget.
Pihak Madubaru : ..jadi kereta wisata ini bisa bergerak dengan kecepatan hingga 105 kilometer..
Anak TIN : *muka antusias*
Pihak Madubaru : ..per tahun..
Anak TIN : *antiklimaks*
--"

Dan bener aja ini kereta lambat banget. Diadu sama becak yang ngangkut penumpang banyak aja kalah. Yudhis sampai bisa sok-sok sinetron kayak ketinggalan kereta gitu. Ketika Yudhis lari-lari alay ngejar kereta, Ari meng-sms gue,
Dil, kayaknya Yudhis udah kebanyakan ngurusin fieldtrip deh, sampe gitu dia sekarang.


Yudhis yang sok-sok lari ketinggalan kereta, entah mengapa ditanggepin juga sama Delmar.

Ketika tiba di belokan, tetiba gue ingat One Day With Forkom ke Sukabumi naik kereta beserta games yang rusuh banget. Refleks gue foto ujung keretanya. Nechan aja sampai ketawa ga berhenti.

 Anak Forkom pasti ngerti euforia 'Foto Ujung Kereta' :D
Setiba di ruang penggudangan, ada seseorang yang sedang kambuh penyakitnya sepertinya dan bertanya dengan muka teramat serius ke gue,
Dil, gue mau nanya serius ke lu. Plis, liat gue, Dil. Gue dari dulu pengen nanyain ini ke lu. Sebenernya.. kenapa pabrik gula ga ada semutnya?
.F34110100.


Ternyata sesungguhnya semut tetap ada, tapi hanya di bagian bawah doang. Trus suhu gudang dibikin panas agar semut tidak betah. Begitu..

Seusai dari Madubaru, kami beranjak ke Malioboro, horeeeee.
Berkali-kali gue ke Yogyakarta, Malioboro selalu menyenangkan.
:)

Sebelum ke Malioboro, sempat singgah sejenak ke tempat produksi bakpia. Trus di tempat bakpia itu, gue dan Bela menemukan makanan masa kecil kami dulu, gula kelapa. Itu lho, kelapa dikeringkan, dikasih warna lucu, trus diberi taburan gula. Karena ternyata cukup mahal, akhirnya gue dan Bela beli itu hanya sekotak dan dimakan berdua. Di setiap gigitannya, kami cuma senyum-senyum najong doang berdua. Kalo kami cowok mungkin bisa ada indikasi disangka homo.

Di rumah gue sekarang sedang ada proker besar, yatu redokumentasi jejak-jejak masa lalu. Foto-foto ketika gue kecil di-repro. Klise dicetak dan foto di-scan. Mencari ke sepupu-sepupu dan mencetak 'lost moment' ketika gue dan adik gue SD-SMP. Dan sejenisnya.

Ketika dinas ke Yogya beberapa waktu lalu, Ibu pernah menemukan bingkai lucu di Mirota Batik dan akhirnya meminta gue untuk mencarikan bingkai sejenis. Alhasil gue masuk Mirota Batik dan seperti penyakit gue di tempat oleh-oleh sebelumnya, gue terjebak dan susah keluar.
Udah, Dil, lu istighfar trus ke kasir.
.Kabid 3 OSIS Avion.

Seusai dari Mirota, gue berniat mencari-cari baju atau kain batik karena dari dulu gue seneng sama batik, hehe. Bosan mencari batik, sempat berniat mencari Gedung Arsip dan ga nemu karena salah patokan, akhirnya gue kembali menjelajah toko batik.

Ketika keluar dari salah satu toko batik, gue bertemu dengan geng shaf belakang bis 2, Ari, Delmar, Ihsan, Dedi, dan Salman yang baru usai memutari daaerah keraton dengan delman. Gue ikut bergabung dan tak lama ada June dan Lela yang juga ikut bergabung.

Lumayan juga rasanya jalan bolak-balik di Malioboro. Hingga pada titik di mana June dan Lela terlihat lelah, lalu Ari berujar,
Lela, June, itu ada mall di dalem situ. Ke dalem aja, lumayan ngadem. Kita mau nyari gudeg dulu. Bis kita ada di ujung jalan ini ke arah sono.

Setelah June dan Lela sedikit menjauh, Ari melihat ke arah gue dan berkata sambil nyengir,
Lu ga akan bilang bahwa lu capek kan? Elaaaah, jalan segini cetek kan ya? Lari 30 puteran lapangan Smansa aja pernah kuat kan?
Emang dasar si Ari. Dia sering lupa gue bukan laki-laki. Pas hari Jumat di Bali aja gue disuruh ikut Jumatan sama dia --"

Setelah berusaha mencari gudeg dengan geng shaf belakang bis 2, tapi berakhir mengenaskan karena gudegnya belom dateng. Akhirnya beralih mencari lumpia. Di tukang lumpia bertemu Hanum dan Sendy yang akhirnya jadi ikutan memesan lumpia. Lumpianya enak, tapi harganya aneh. Harga berbeda tergantung isinya. Ada yang isi ayam, isi udang, isi hati *makna denotatif yak, jangan dibikin galau :p*, dan isi-isi lainnya. Ada yang harganya 2400, 2200, 2600, 2300, pokoknya angka ratusannya pecahan banget dah, sampe bingung-bingung deh itu nyari kembalian dan ngitungnya.

Waktu bergulir cepat dan kami harus segera kembali ke bis untuk menuju Bogor. Di perjalanan pulang, entah mengapa bis 2 nonton Paddle Pop Lion mengalahkan Shadow Master. Haduuuh, anak kuliahan filmnya gitu, setidaknya masih lebih baik lah daripada sinetron entah apa. Jadi sesungguhnya ketika di Puja Mandala, Ari membelikan bis 2 mini Conello dan berhadiah video itu, haha.

Ada rumah yang sama yang mengajarkan gue dan Ari bahwa sayang itu harus ditunjukkan, harus dibuktikan. Meski dengan sesederhana senyum, sesimpel peluk, sedekat sebotol 1.5 liter air putih seusai lari dan push up di siang hari bolong untuk 20 orang, semudah sms tausiyah, semudah sms tanya kabar dan memberi semangat, sesimpel memberi hadiah ketika bukan di hari ulang tahun, sesederhana membawa makanan dalam porsi besar agar dapat dimakan bersama, sesimpel menraktir tanpa ada event apapun.

Sederhana?
Karena cinta memang ga pernah ribet
:)

Perjalanan dihabiskan dengan nonton dan tidur. Upaya pem-bully-an tidak berlangsung seintens sebelumnya karena sudah ada beberapa target bully yang turun duluan di Yogya.

Salah satunya yang ditonton adalah film horor. Ampun sudaaaah. Tidur aja deh gue.


Hari ke-8
Aaaaaaaaaah, bakal ketemu Bogooooor :D
Gue udah kangen rumah.

Dari gue kecil, Ibu sering bilang bahwa gue pembawa hujan. Tempat yang gue datangi sering hujan. Pas gue masih kelas 4 SD ke Yogya, eh masa iya trus Yogya hujan deras. Akhir semster 4 lalu ke Surabaya juga hujan. Ke tempat yang jarang hujan aja bisa jadi hujan, haha, makanya Ibu sering bilang begitu.

Hawa-hawa hujan juga mengiringi ketika menuju Bogor. Demi menghindari Cipularang yang macet, kami lewat Cianjur, dan hujan sangat deras. Sampai Bogor selepas adzan dzuhur, hujan berangsur mereda. Gue, Dedi, Salman, dan Ari berniat turun di Laladon dan mencarter angkot 02 atau 03 untuk ke rumah. Tadinya mau sampai kampus, tapi kau mencarter angkot Kampus Dalam ongkosnya bisa jadi sangat lebih mahal karena kami keluar jauh dari trayek angkotnya (ketahuan deh berempat ini anak Bogor yang besar di angkot). Ternyata Bela mau ikut, dia akan turun di stasiun dan membawa seabrek barang gitu naik kereta. Kalau kata Bela sih jam segitu kereta sedang kosong, jadi bisa duduk dan ga ribet juga, gue sih percaya aja.

Emang dasar gue sedang beler, pokoknya ada seplastik oleh-oleh gue yang ga ketemu di bagasi (karena tumpukan kopernya yang masya Allah --") dan ada lagi yang ketinggalan di dalam bis. Akhirnya gue minta tolong amankan ke temen gue yang akan pulang naik kereta di sore harinya.

Di angkot, kebeleran kembali terjadi, as always. Sepanjang jalan kerjanya kami berempat (kecuali Bela) menghirup napas panjang untuk merasakan aroma seusai hujan, dan berkata pelan, "Hmmmmm.. Bogor.." Terus menerus bergantian kayak gitu sampai sebel sendiri mendengarnya, haha.

Setiba di rumah, gue langsung mandi, shalat, makan, dan tidur sampai sore.
Hehe.
Rasanya kasur sendiri itu beda dengan jok bis :P

Alhamdulillah
:)

Ya Allah, makasih ya atas 8 harinya
Makasih ya panitia atas kerja samanya
Makasih ya Tinformers atas hari-harinya yang menyenangkan
Semoga fieldtripnya bermanfaat
:)

Sayang Tinformers selalu,
Karena Allah

Regards,
Orang yang dinobatkan 'Teraktif' seangkatan
:D

Kamis, 13 Februari 2014

To Do List

NABUNG!!
Biar bisa datang lagi ke masjid megah ber-shaf melingkar dengan 94 pintu,
Dan masjid luar biasa cantik yang langit subuhnya berwarna ungu.

Semoga bisa ke sana lagi, berdua saja, tapi mahrom-nya bukan Ayah.
:D

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
:)


Catatan spesial :
Catatan spesial ini untuk seseorang yang gue yakin dia akan menyadari ketika membaca ini.

Jadi ceritanya ketika gue thawaf, di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad gue melewati sepasang orang arab (perempuannya cantik banget) yang sedang thawaf perlahan sambil bergandengan tangan. Kepala perempuannya disandarkan di bahu laki-lakinya dan kepala laki-lakinya disandarkan ke atas kepala perempuannya. Tetiba yang ada di pikiran gue hanya dua orang, lu dan beliau.
Hehe.

Di perempat putaran thawaf berikutnya, di antara Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah, gue mendoakan semoga lu dan gue masing-masing bisa seperti itu juga.
Secepatnya.
:'

Btw, doa titipan dengan hashtag #inibukanekong insya Allah udah disebutkan kok
:p

Senin, 03 Februari 2014

You've Changed :'

Semoga Allah menjaga lu di sana ^^
Sesungguhnya itu adalah ucapan yang paling paling banget hari ini
:'

Lu berubah, sejak terakhir kali sering ketemu di Kotak Sabun dulu. Menjadi lebih dewasa. Jauh lebih dewasa.


Minggu lalu, ketika fieldtrip dan mendapati langit malam luar biasa cerah di Jawa Tengah-Jawa Timur-Bali, gue bisa menemukan lu, Regulus..

Makasih yaa
Semoga takkan redup berpijar :'
Semoga menjadi agen muslim yang baik :)
Gue dan Agung, perpisahan Perisai Ksatria
Braja Mustika, 19 Mei 2011
Lu di mana Dil? Itu lho, kebaya putih di kirinya Agung, itu gue. Itu H-1 sebelum gue pake kerudung, makanya diilangin mukanya.
:p

Fieldtrip Tinformers (Part 4 : Hari ke-5-6)

Hari ke-5
Hari ini kami ke UKM Dewata. Bagi beberapa orang yang rasanya bisa aja ketika kunjungan ke UKM Dewata ini, itu salah besar. Sesunguhnya UKM Dewata ini berperan penting dalam kelangsungan rombongan fieldtrip hingga bisa menyetuh pulau Bali.

UKM ini merupakan destinasi yang maksa. Maksa banget malah. Karena kalau ga ada UKM ini,
Ya sudah, kalian ga usah ke Bali aja kalau cuma dateng ke Sosro. Sosro juga banyak kok di Jawa. Ngapain 3 hari di Bali kalau cuma ke Sosro doang?
.Bu Nastiti.
Maka dicarilah alternatif kunjungan. Susah coy. Susah banget. Mengingat kami di Bali ketika weekend (memang hal ini merupakan ide picik panitia untuk menjadwalkan weekend di Bali, haha) dan industri pada tutup ketika weekend.

Entah bagaimana, kalau ga salah ini ide dari Mbak Puri deh, akhirnya terpilihlah UKM Dewata untuk diteladani kisah pendirinya mengenai semangat berwirausaha.

Inti segala inti dari kisah Ibu Jero sang pendiri UKM adalah cinta memberikan sumber energi terbarukan dan bisa membuatmu melakukan banyak hal. Ceilaaaaah, kece banget kaaaaaan? :3
Love wil find a way lah kalau kata film Disney Lion King mah.

Jadi inget percakapan absurd temen gue di bis, nama pelakunya lebih baik gue samarkan.
Eh kok itu power bank si *blubup bubup* *sensor* ga abis-abis sih?
Mungkin itu power bank bertenaga  harapan.
Rada jijik emang pas dengernya.

Di UKM Dewata rasanya ga afdol kalau ga belanja. Dan akhirnya gue belanja lagi. Oh meeeeen, inget nasib dompet, Dil, sadar woy.

Ketika di UKM ini gue gue menyadari sesuatu, bahwa sesungguhnya sejak awal perjalanan gue memiliki seorang shoppingmate yang setia. Dia adalah Bela, nama lengkapnya Libna Salsabila. Mulai dari shopping di Indomaret pada rest area pertama, gue udah bareng-bareng sama dia. So sweet kaaaan? Sampai ke toilet aja bareng dan dia juga merupakan geng sikat gigi, haha.

Gue dan Bela mengendap di pojokan sampai kalap dan gue akhirnya menemukan rok lucu. Lucu banget malah. Rok tersebut bernasib rada mengenaskan karena dijarah oleh adik gue begitu sampai di rumah.

Seusai dari UKM Dewata kami ke Tanjung Benoa untuk wisata air. Gue main ke Pulau Penyu, tapi belum ada yang meng-upolad fotonya sehingga gue ga bisa menyertakan di post ini

Dari Tanjung Benoa kami ke Puja Mandala untuk istirahat shalat. Puja Mandala ini merupakan kompleks beribadah dimana di dalamnya terdapat seluruh tempat beribadah dari 5 agama yang diakui di Indonesia.

Dari Puja Mandala kami beranjak ke Uluwatu. Pemandangan Uluwatu subhanallah kece bangeeeeeeeeeet :3. Keberadaan banyak monyet-monyet jahil tidak mengurangi keindahan Uluwatu sama sekali. Di Uluwatu ada titik yang kami namakan Ojan's Spot untuk berfoto karena Ojan yang menemukan tempat itu, dan gue sempat foto di Ojan's Spot.

Gue, di Ojan's Spot
Selama di Bali ini ga banyak hal absurd yang dilakukan di perjalanan karena ada Bli yang senantiasa menjadi pemandu dan bercerita panjang lebar mengenai Bali. Bli ini garingnya sumpah deh, mungkin itu tututan profesi menjadi pemandu wisata. Garingan maha garing Smansa masih kalah beberapa level dari garingan Bli ini. Ari aja cuma bisa geleng-geleng dengan muka salut atas kegaringan maha garing selama 3 hari di Bali.

Seusai dari Uluwatu kami ke Jimbaran untuk makan malam di pinggir pantai. Di Jimbaran ini hujan coy. Emang dasar orang Bogor pada bawa hujan sepertinya. Setelah panitia cukup bingung karena hujan, akhirnya hujan berhenti dan makan malam tetap dilanjutkan.

Sepulang dari Jimbaran kami langsung ke penginapan dan segera tidur, mengingat besok harus berangkat sejak pagi untuk mengincar penyeberangan Gilimanuk-Ketapang sebelum ashar agar dapat tiba di Jogja tepat waktu pada hari Senin.


Hari ke-6
Hari ini akan ada penyeberangan dari Gilimanuk ke Ketapang. Pagi harinya di penginapan diawali dengan pemberian award angkatan, horeeeee. Di pembagian award ini gue dinobatkan sebagai orang ter-aktif. Definisi dari teraktif, yaaa, silakan dinalar sendiri lah ya. Somehow setidaknya teraktif ini masih lebih kece daripada teralay, terbeser, atau terngaret. Hehe.

Perjalanan diawali dengan mengunjung Joger. Again, pusat oleh-oleh. Tidaaaaaaaaaaak. Meskipun sudah menebalkan niat untuk tak tergoda, gue tetap berakhir menyedihkan dengan mengurek-ngurek tumpukan berisi pouch lucu-lucu bersama Bela sang shoppingmate.

Gue sampai ngambil uang ke ATM seusai dari Joger karena uang di dompet gue tinggal 20 ribu dan masih ada destinasi terakhir, Jogja bro.

Setelah dari Joger, kami makan siang dan dilanjutkan dengan perjalanan ke Gilimanuk. Penyeberangan kali ini lebih seru karena hari masih siang. Banyak banget yang foto-foto alay selama di atas kapal, maklum lah ya kapan lagi coba pada naik kapal.
Foto OMDA, OMDA Smansa
F34110013, F34110016, F34110023, F34110025

Melihat gue yang foto Smansa berempat, teman-teman TIN lainnya yang dari Smansa di daerah masing-masing juga pada pengen ikutan foto.
Masih OMDA Smansa
Smansa Bogor, Smansa Palembang, Smansa Ciamis, dan Smansa-Smansa lainnya

OMDA Bogor

(sebagian) TINFORMERS

Setiba di Ketapang, beberapa teman yang berdomisili di sekitar Banyuwangi mulai memisahkan diri dari rombongan untuk pulang ke rumah masing-masing. Take care ya :)

Perjalanan di Jawa Timur gue habiskan dengan tidur, haha. Emang ga produktif gue di perjalanan. Karena kalau baca buku akan ada indikasi pusing, makanya mendingan gue tidur.

Sempat istirahat sejenak untuk makan malam di Situbondo dan di sini gue bertemu dengan mahasiswa kesayangan Ibu. Gue memangginya Tek Kom ('tek' berasal dari 'etek', etek itu bahasa Minang yang artinya kurang-lebih sama seperti bulik dalam bahasa Jawa, semacam tante yang usianya lebih muda dari orang tua kita). Nama lengkapnya Komsatun, beliau anak kelima. Anak beliau namanya Hanif, BDP 49. Alasan Hanif memilih BDP adalah karena Ibu kuliahnya (S123) BDP. Hanif ini teman sekompleks kontrakan dengan Ian (kontrakan mereka itu pemiliknya sama dan pemilik kontrakan itu memberi pagar di besar untuk memagari beberapa rumah kontrakannya sehingga Ian dan Hanif berjudul sekompleks kontrakan).

Gue dibekali pempek yang ikannya gue yakini berasal dari tambak milik Tek Kom. Aaaaaaah, terimakasiiiiih :3

Perjalanan dari Situbondo melewati Paiton, itu adalah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan kapasitas 800MW *hasil Googling*. Dan itu besaaaaaar banget. Di bawah pengaruh antimo, beberapa orang berkomentar dengan setengah teler mengenai Paiton yang inti dari segala komentarnya adalah bahwa Paiton itu gede. Gede banget.

Perjalanan ke Jogja dihiasi dengan tidur di perjalanan.
Ga sabar rasanya untuk cepat tiba Jogja karena Jogja selalu menyenangkan *terlepas dari panasnya yang ampun-ampunan*
Jogjaaaaaaaaaaaaaaaa, here I coooooome :D

Sabtu, 01 Februari 2014

Fieldtrip Tinformers (Part 3 : Hari ke-3-4)

Hari ke-3
Pagi ini kehebohan dimulai dengan mandi pagi di Masjid Agung Gresik. Masjidnya besar dan terawat. Kamar mandinya bersih pula. Sayangnya tempat wudhu perempuannya semi-terekspos gitu, sehingga lebih enak wudhu di kamar mandi kalau semisalnya mau wudhu. Dari Masjid Agung Gresik ini ke KML (Kelola Mina Laut) kata orang Gresik sih deket banget, jadinya ga terburu-buru juga untuk ke KML-nya.

Pada hari ini, entah bagaimana awalnya, pokoknya di bis 2 Mbak Puri sudah memiliki panggilan baru yaitu Bunda Puri.

KML ini sepertinya udah familiar banget di telinga anak TIN. Pendirinya itu alumni TIN angkatan 18 (atau 17 ya?) dan merupkan salah satu icon alumni TIN yang sukses. KML ini merupakan industri seafood dengan kapasitas produksi dan penjagaan mutu yang luar biasa sehingga sejauh ini sudah berhasil mengeskpor ke mancanegara, termasuk ke Jepang yang katanya pengawasan mutu untuk produk seafood itu sangat ketat.

Indonesia itu harusnya mengklaim sebagai Negara Bahari, bukan agraris *pasti Ibu gue seneng kalo tau gue nulis ini*. Hal tersebut karena luas perairan Indonesia itu lebih luas daripada luas daratan. Lautan Indonesia juga merupakan jalur migrasi ikan secara internasional, ya wajar aja keanekaragan hayati hasil lautnya juga sangat beragam. Keanekaragaman hayati ini dimanfaatkan oleh KML dengan sangat baik yang ditandai dengan banyaknya lini produksi dari beragam jenis makhluk laut.

Untuk masuk ke ruang prosesnya, kami diharuskan mnggunakan baju proses (akhirnya kami pakai jas lab, ya mirip lah ya :p), sarung tangan, masker, penutup rambut, dan sepatu boot. Ditambah melewati serangkaian upaya pembersihan diri seperti mencelupkan kaki (kan pake sepatu boot) ke dalam kolam(?) *kayaknya ada kata yang lebih tepat daripada kolam deh* berisi larutan klorin 100 ppm dan ritual cuci tangan secara baik, benar, dan kaffah(?) seperti yang dianjurkan oleh WHO.

Penjagaan mutu yang sangat ketat di KML menjadikan di setiap ruangan proses akan terdapat spot untuk cuci tangan dan merendam sepatu boot di kolam klorin 100 ppm. Bahkan di salah satu ruangan terdapat pengumuman besar yang berbunyi "Segera mencuci tangan ketika  bel berbunyi" dan kata pemandu gue, bel akan berbunyi setiap beberapa menit sekali. Sebegitunya. Demi mempertahankan mutu produk. Kece lah pokoknya.

Kata pemandu gue, sering kali masalah muncul bukan di ruang proses, melainkan dari penerimaan bahan baku. Banyak supplier ikan yang memberikan bahan baku kurang higienis sehingga terpaksa ditolak. Kurangnya pengetahuan nelayan tentang mutu mengakibatkan mereka ga terlalu memikirkan hal itu. Tiba-tiba gue membayangkan kalau Ibu ada di sana, pasti bakal bilang,
"Itulah urgensi mengapa perlunya diadakan penyuluhan perikanan."
Tuh kan, emang dasar gue adalah orang Bogor yang minimal 2 hari sekali ketemu rumah. Sekalinya 2 malam ga tidur di rumah aja udah kayak gini. Ngaku kalah telak deh gue sama teman-teman gue yang setaun bisa ga pulang-pulang. Da aku mah apa atuh lah..

Di KML ini ada ruangan bersuhu -18 derajat Celcius (apalagi kalau bukan untuk tempat penyimpanan produk, agar mikroorganisme tidak dapat berkembang biak) dan rombongan gue masuk ke dalam ruangan itu, dengan pelapis tubuh tambahan hanya berupa jas lab setipis itu doang. Hal gilanya adalah gue ikut masuk. Dingin? Ga usah nanya. Begitu keluar, kacamata gue terus-menerus berembun sampai tur berkeliling ruang proses usai.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, pada briefing seangkatan di koridor fakultas sesungguhnya telah pernah dipaparkan bahwa rombongan tidak bisa terlalu lama berada di KML karena jarak KML dan Nestle yang cukup jauh. Tapi pada kenyataannya tetep aja lama --"

Setelah perjalanan cukup jauh dan melewati bendungan lumpur di Sidoarjo, akhirnya kami tiba di Nestle (ngaret sekitar satu jam dari jadwal yang direncanakan). Nestle ini keren banget. Paling keren dari seluruh industri yang dikunjungi, sampai gue ga bisa berkata-kata. Ga sia-sia rasanya keribetan maha ribet ketika mengupayakan Nestle kalau ilmu yang kami dapatkan memang sebegitunya. Sampai Camel hampir nangis, sampai bikin surat on the spot dan kurang dari 10 menit langsung kelar, sampai nyaris memaksa ke pihak Nestle agar rombogan dibikin jadi 2 shift, sampai melobi dan bilang,
"..ga apa-apa kok kalau kami ga dapet bingkisan apa-apa karena terlalu banyak orangnya.."
Itu terbayar dengan apa yang kami dapatkan di Nestle.

Ketika praktikum di semester 4 mengenai peralatan industri, kami pernah menghadapi spray dryer dengan ukuran sekitar 50 cm. Tapi ketika di Nestle ini, ada spray dryer yang diameternya kata pemandu gue bisa jadi lebih besar daripada kamar kosan dan dengan tinggi berpuluh-puluh meter.

Spray dryer di Nestle ini namanya Egron. Ternyata eh ternyata, nama Egron ini berasal dari nama pembuatnya, Norge, lalu pengejaannya dibalik. Lantas ada temen gue bernama lengkap Fachru Reza Rochili yang spontan berceletuk,
"Nanti kalo gue bikin teknologi keren, mau gue namain Ilihcor deh."
dan dibalas oleh Linda,
"Aduh, Ayuningtiyas itu susah dibacanya kalau dibalik, jadi Sayitnginuya."
Okesip, terserah kalian aja lah :p

Proses produksi (sampai kepada proses loading-unloading) yang sudah tersentuh peralatan dan mesin berteknologi tinggi mengakibatkan kunjungan di Nestle ini,
"..serasa sedang ada di film Transformer deh.."
.Ketua Pelaksana Fieldtrip.
Dhis, imajinasi lu kayaknya berlebih deh.

Ada hal lucu di sesi tanya-jawab kloter gue. Salah seorang teman gue bernama Kholiq asal Banyuwangi *lah terus kenapa Dil kalo asal Banyuwangi?* *ga kok, ga kenapa-napa, cuma pengen bilang aja* bertanya, inti pertanyaannya adalah,
"Kenapa Bear Brand itu gambarnya beruang, tapi di iklannya pakai naga, padahal susunya susu sapi?"
Lucunya adalah pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang persis sama ditanyakan oleh Ihsan di sesi sebelumnnya. Bahkan bapak dari pihak Nestle yang ingin menjawabnya saja sampai tertawa terlebih dahulu, mungkin serasa deja vu.

Kunjungan di Nestle berakhir ketika langit sudah gelap. Setelah makan malam, shalat, dan waktu pribadi, tujuan perjalanan berikutnya adalah pantaaaaaai, *horeeeeeeee. Pantai yang dituju adalah Pantai Ketapang dan Gilimanuk (baca : penyeberanganan Ketapang-Gilimanuk).

Hari ke-4
Di bawah pengaruh antimo, gue tertidur selama perjalanan ke pantai (baca : pelabuhan). Lewat tengah malam gue terbangun. Gue terbangun ketika bis 2 sudah memasuki kapal dan penghuni bis dianjurkan keluar karena katanya efek guncangan oleh ombak akan lebih terasa ketika berada di dalam bis. Daripada muntah lagi akhirnya gue keluar bis dan menyusuri tangga menuju dek kapal.

Mamah, anakmu naik kapal, Mah..
Maaf alay. Biasa, tadi obatnya sedang abis.
Sesunguhnya pas masih kecil katanya gue pernah ke Bali sekeluarga dan naik kapal, tapi gue ga inget sama sekali --"

Tadinya gue mau foto kayak di adegan Titanic gitu di pinggir dek, tapi gue ga yakin ada yang mau difoto bersama gue dengan pose seperti itu. Sekalinya ada yang mau pun gue ragu apakah dia akan tahan untuk ga ngejorokin gue ke tengah laut.

Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk ini dihiasi oleh awan mendung, gerimis rintik tipis, semburat garis fajar di ufuk timur, lampu Pelabuhan Ketapang yang terasa kian menjauh lantas mengecil lalu berkelip manja, dan lampu di Pelabuhan Gilimanuk yang terlihat kian dekat.
So sweet kaaaaan :3

Begitu tiba di Bali, spot pertama yang dikunjungi tak lain dan tak bukan adalah masjid di dekat pelabuhan untuk menunaikan panggilan alam dan panggilan Ilahi.

Cukup lama kemudian (gue udah pake tidur dulu soalnya, kayakya masih efek antimo deh) rombongan tiba di tempat untuk sarapan dan mandi pagi. Beberapa saat sebelum kembali melanjutkan perjalanan sempat ada rapat dadakan dengan bahasan mengenai lokasi shalat Jumat yang cukup jauh dari pabrik Sosro, sekitar 1 jam perjalanan. Akhirnya formasi bis yang terbentuk adalah bis 1 seluruhnya berisi laki-laki muslim, bis 2 seluruhnya berisi perempuan, dan bis 3 campur. Di tengah perjalanan, laki-laki muslim di bis 3 pindah ke bis 1 untuk selanjutnya menuju tempat shalat.

Di bis 2, karena isinya seluruhnya perempuan kecuali supirnya, ada cukup banyak teman-teman gue *yang sebenarnya dari bis lain* yang melepas kerudungnya. Gue dan beberapa teman lain sudah mengingatkan sih, tapi nyaris ga berefek apapun. Miris sendiri sih sesungguhnya.

Dari teman-teman yang melakukan pertukaran bis, gue jadi tau cerita-cerita aneh di bis lain. Semisal Dara yang kerjanya selama beberapa hari ini hanya minta antimo ke Mas Aryo (pemandu dari Lainuba di bis 3) - tidur - bangun - pipis/shalat/mandi/makan - minta antimo lagi - tidur lagi - dan begitu seterusnya. Pembelaan dari Dara sih biar ga mabok. Ada lagi Dira yang tidurnya pasti mangap dan ngiler. Pembelaan Dira sih katanya kalau pake behel itu susah mingkem.

Bis 2 dan 3 tiba di pabrik Sosro lalu langsung disuguhi dengan berbotol-botol Teh Botol Sosro yang berjejer rapi di meja. Kata ibunya yang menjadi narasumber hari itu, boleh minum di tempat sepuasnya, asal jangan bersisa. Yaaaa, silakan dibayangkan bagaimana jadinya kelakuan mahasiswa ketika mendapat sesuatu yang berbau-bau gratisan.

Sadis bro. Brutal.
Padahal itu nyaris semuanya perempuan dengan hanya beberapa laki-laki non-muslim saja yang tidak Shalat Jumat.
Efeknya? Antrian toilet yang luar biasa panjang ketika tiba di masjid terdekat untuk shalat setelah keluar dari Pabrik Sosro.

Meskipun belum secanggih Nestle, pabrik Sosro Gianyar juga kece dengan kapasitas produksi mencapai 30 ribu botol per jam. Itu berarti lebih dari 8 botol per detik.

Teh Botol Sosro telah terdistribusi di tingkat nasional dan internasional. Tanpa penggunaan pewarna, pengawet, dan pemanis buatan menjadikan Teh Botol Sosro memang 'aman' ketika dikonsumsi. Ketika cairan teh dimasukan ke botol dalam keadaan masih panas lalu seketika ditutup, menjadikan Teh Botol Sosro berada dalam keadaan steril. Menurut pemandu kloter gue, botol-botol dari teh botol akan kembali tiba di pabrik *untuk dicuci lalu kembali diisi ulang dengan teh yang baru* dalam rata-rata waktu kurang dari 6 bulan sehingga hampir dapat dipastikan tidak ada Teh Botol Sosro kadaluarsa yang beredar dipasaran *secara sirkulasinya cepet banget*.

Terdapat hampir 7000 ha perkebunan teh milik Sosro yang tersebar di beberapa lokasi di Pulau Jawa. Dengan berfilosofikan 'Niat Baik', Sosro menjalankan fair trade dan bercita-cita menjadi minuman kelas dunia.
Aamiin :)
Semoga bisa ada hal positif seperti Teh Botol Sosro untuk mewakili nama Indonesia di tingkat dunia ya, biar tidak melulu hal yang jelek-jelek saja yang diingat dari Indonesia.

Kunjungan pabrik meliputi berkunjung ke instalasi pengolahan limbah dan ke proses produksi. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama seangkatan setelah para lelaki muslim (yang menjadi kloter 2 karena Jumatan) selesai melakukan tur pabrik.

Ada sedikit yang terlewat, selama di Bali ini ada seorang pemandu wisata asli Bali (kami memanggilnya 'Bli', gue lupa Bli siapa namanya, Bli adalah sapaan untuk orang Bali laki-laki yang lebih tua dari kita *ini gue udah nyari literatur*, kayak 'Mas' gitu sepertinya kalau di Jawa) di tiap bis yang akan bercerita panjang lebar mengenai Bali. Menurut gue yang dari dulu memang selalu tertarik dengan legenda dan kebudayaan kuno, cerita Bli ini ga boleh dilewatkan.
:D

Seusai dari Sosro, rombongan menuju pusat oleh-oleh yang kebetulan ada mushalanya. Setelah ada bercandaan rada vulgar di perjalanan dari Bli mengenai kacang asin, lalu ada temen gue yang beli kacang asin sebagai oleh-oleh untuk staff departemennya di BEM. Ada juga yang mau beli kacang asin untuk pacarnya. Atuhlah --"

Di pusat oleh-oleh itu (namanya Cening Bagus) ada tas selempang lucu dan akhirnya gue beli 2. Beda warna. Untuk dipakai kembaran dengan adik gue. Haha.

Seusai dari Cening Bagus, rombongan bergerak ke..
Pusat oleh-oleh Krisna
Again, pusat oleh-oleh.
Dua pusat oleh-oleh dalam sehari.

Di sini gue kalap. Ada gelang unyu-unyu harganya Rp 1500,00. Iya bener, seribu lima ratus rupiah coy, pipis aja dua ribu. Gue dan Icha tanpa komando udah duduk memblokir area sambil ngurek-ngurek tumpukan gelang seribu lima ratus itu. Gimana juga bisa ga kalap kalau harganya seribu lima ratus dan gelangnya lucu.

Setelah bertaubat dari pesona gelang seribu lima ratus, gue bergegas bayar. Waktu berbelanja sebenarnya masih lama, tapi gue sengaja bayar dengan harapan malas antri lagi di kasir dan ga tergoda beli apa-apa lagi. Teori yang aneh sih, but it works, haha.

Gue lantas berjalan-jalan di Krisna. Kegabutan gue ternyata terdeteksi oleh Rizki DJ dan dia akhirnya menodong gue, minta tolong bantu mencarikan baju untuk oleh-oleh ke ibunya. Pertama-tama gue harus tau dulu ukuran ibunya seperti apa..
Gue : DJ, ibumu ukurannya sebesar siapa?
DJ : Heummm, se-Desta, Dil.
Gue : Ooooh, oke.
Lalu gue mulai memilih di antara deretan daster dengan berbagai warna dan ukuran. Sedang asik mencari, tetiba DJ mencolek bahu gue.
DJ : Dil, kayaknya ga sebesar Desta deh. Se-Desita mungkin.
Okesip.
Tapi itu jauh bro bedanya.

Setelah selesai dengen DJ, gue mungkin bisa muter-muter lagi dan liat barang lucu-lucu. Tapi ternyata ga semudah itu. Umay melihat DJ membawa daster  dan berkata dengan yakinnya bahwa daster itu ga mungkin DJ yang nyari sendrian. DJ mengiyakan, dia bilang itu dasternya nyari bareng-bareng gue.

Akhirnya gue kembali memilih-milih daster, kali ini untuk ibunya Umay. Menurut Umay, ukuran ibunya sebesar Nia tapi lebih pendek. Lalu dimulailah petualangan mencari daster untuk ibunya Umay. Kali ini sedikit lebih susah, ada yang warnanya bagus tapi modelnya biasa aja, ada yang modelnya bagus tapi warnanya dangdut banget, sekalinya ada yang warna dan modelnya bagus tapi ternyata jahitannya ga rapi..
"Ampun lah, Dil. Gue ga pernah kepikiran untuk merhatiin jahitan baju."
Putus asa. Susah banget nyarinya. Setelah sekian lama berkutat dengan deretan daster, lantas berakhir bahagia dengan selendang yang lucu banget untuk ibunya Umay.

Selanjutnya?
Deja vu, terjadi percakapan antara Umay dan Ryan. Seusai percakapan itu, gue dan Ryan berkutat di baju-baju santai remaja, bukan daster, karena Ryan mau membelikan untuk adiknya.
Ryan : Dil, temenin gue nyari baju untuk adik gue dong.
Gue : Adik lu bukannya kembaran lu?
Ryan : Ada lagi, perempuan, masih SMP.
Gue : Ooooh, oke oke.
Ryan : *berdiri suram di depan deretan daster*
Gue : Eummmm, saran gue jangan daster. Gue aja baru suka pake daster pas udah kuliah.
Ryan : Oooh, oke-oke. Gue juga sebenernya ga kebayang sih kalo adik gue pake daster.
Gue : Adik lu sebesar siapa?
Ryan : Sebesar, heummm, Erin lah. Atau Fika ya?
Erin dan Fika, itu jauh beda sesungguhnya.
Akhirnya berjodohlah dengan sepasang baju dan celana yang dibawa Ryan dengan muka girang untuk dibayarkan.

Tak lama, gue merasa ada yang menarik-narik pelan jaket gue. Salman.
Salman :Dil, pernah ketemu ibu gue kan?
Gue : Pernah, Man :D
Salman : Tolong bantuin milih yak, hehe..
Gue : Okedeh :D
Singkat cerita, akhirnya terpilihlah 4 alternatif motif dan model daster yang sekiranya pas dengan ibunya Salman. Keputusan final ada di tangan Salman dan dia sedang bingung sendiri memilih yang mana.

Gue berjalan tak tentu arah di dalam toko, tetiba sudah berada di depan deretan baju-baju lucu. Tidaaaaak. Lu harusnya menghindar, Diiiiiiiiiiil, itu jebakaaaaaaaaaan. Dan dengan naasnya gue terperangkap.

Baju-bajunya sih sesungguhnya baju yang terbuka di beberapa tempat. Tapi kan gue ga mungkin juga pake baju-baju itu begitu saja, pasti nantinya gue akan pake cardigan lah, atau apa kek gitu.

Ketika sedang asik mengukur-ukur baju dan mencocokkannya di badan, ketika itu Salman melihat ke arah gue untuk meminta pertimbangan daster.
Salman : Dil, yang ini kali ya? Astaghfirullahaladzim, Dil.
Gue : Atuh lah, Man. Gue juga bakal pake cardigan atau apa gitu pas pake ini.
Salman : Istighfar Dil, istighfar.
Daripada Salman jantungan dan bikin repot ketika tau gue beneran beli baju itu, akhirnya baju lucu itu gue letakan kembali bersama teman-temannya.

Tujuan perjalaan berikutnya setelah toko oleh-oleh Krisna adalah penginapan. Penginapan, sodara-sodara. Sekali lagi, penginapan. Subhanallah, ketemu kasur setelah 3 malam tidur di bis. Kasuuuuuur, come to mama :3

Sempat ada evaluasi singkat bersama panitia lain mengenai 3 hari ke belakang seusai makan dan mandi. Evaluasi berlangsung cukup singkat untuk ukuran evaluasi selama 3 hari perjalanan. Setelah evaluasi, panitia dipersilakan beristirahat oleh Yudhis karena besok aktivitas sudah dimulai sejak pagi.

Di penginapan ini gue sekamar dengan Fika, Natali, dan Srikandi. Kami berempat entah mengapa melakukan hal yang sama ketika tiba di kamar, yakni merapikan koper beserta oleh-oleh, dan nyuci. Iya, nyuci. Ga abis pikir gue juga bahwa mereka akan nyuci. Hal penting yang dicuci di antaranya adalah ciput, jilbab, kaos kaki, dan kerudung bergo. Sama persis, sama-sama untuk keperluan pulang karena sama-sama males bawa stok banyak biar ga menuh-menuhin koper, biar kopernya bisa diisi untuk oleh-oleh.

Gue kira gue udah akan aneh sendirian kalau nyuci, ternyata sekamar gue sama anehnya.

Seusai nyuci berjamaah *aduh, gue jadi inget sama lorong asrama deh*, tidak sampai 15 menit setelah menyentuh kasur, personil kamar gue seluruhnya sudah berpindah ke alam mimpi.