Jumat, 24 Juli 2020

Membeli Gaya Hidup

Suatu hari gue pernah mendapat tugas mengaudit sebuah outlet makanan cepat saji. Lokasi audit adalah di sebuah kota yang UMR-nya tergolong rendah di Jawa Barat. Hanya sedikit lebih besar daripada setengah UMR Jakarta.

Apa artinya jika UMR-nya rendah?
Salah satu artinya adalah biaya hidup di sana juga rendah.

Adapun outlet makanan cepat saji tersebut, bagi gue yang anak Bogor (ingat, Bogor termasuk dalam Jabodetabek lho, salah satu daerah dengan biaya hidup yang segambreng) sekalipun itu memiliki harga yang yaaa.. lumayan juga. Kalau masih mahasiswa mungkin gue ga akan menyengajakan diri jajan ke situ karena uang saku yang terbatas.

Dan kalau menurut pemaparan kepala outletnya, biasanya dalam sehari-hari itu banyak sekali transaksi yang dilakukan. Seluruh meja yang ada akan penuh ketika jam makan siang dan antrian ojek online mengular panjang.

Sepanjang perjalan pulang kembali ke Bogor, gue jadi berpikir..
Orang-orang yang mengeluarkan uang semahal itu (apalagi buat yang biaya hidupnya hanya setengah dari biaya hidup di Jakarta) untuk memakan seporsi makanan kekinian, itu sebenarnya membeli makanan atau membeli gaya hidup?