Minggu, 04 April 2021

Pre-Marriage Journey [Part 1 : Introduction, Disclaimer, Newbie Tips, Bonus Tips]

Introduction :

Di tengah adanya aturan tak tertulis mengenai usia menikah sebaiknya ketika umur masih kepala 2. Di tengah teman-teman perempuan gue yang mulai worry karena disuruh nikah terus sama keluarga. Di tengah teman-teman laki-laki gue (dan teman-teman Ari, karena basically teman kita ya itu-itu lagi) masih banyak yang clueless tentang menikah..

Gue dan Ari menikah di atas usia 25 tahun. Usia gue saat menikah adalah 26 tahun lebih banyak, sedangkan Ari adalah 27 tahun kurang dikit.

Dengan background kami yang berteman sejak kuliah (pas SMA cuma tau-tauan doang) serta tanpa pacaran uwu-uwu ala remaja, cukup banyak yang bertanya ke gue yang intinya, "Dil, gimana caranya lu bisa yakin sama Ari?".

Dan jawaban gue selalu sama, "Ya dibikin yakin lah". Caranya gimana? Kalau gue adalah menginterogasi (karena topiknya lebih berat daripada sekedar 'wawancara') Ari tentang banyak hal.

Ketika kemodusan Ari bertambah busuk dan terlalu obvious, gue nekat nanya "Ini maksudnya apa?". Ya daripada chatting-nya berdua tapi ngarepnya sendiri kaaaan. Wkwkwkwkw. Long story short, intinya dia berencana ke hubungan yang lebih serius dengan gue.


Disclaimer :

Gue bukan expert di bidang ini. Usia menikah gue dan Ari juga baru setara kuliah 3 semester. Di tulisan ini gue memposisikan diri sebagai teman yang kebetulan-udah-nikah-duluan dan alhamdulillah selama usia pernikahan yang 3 semester ini kami berdua ga pernah mengalami ribut panjang yang berlarut-larut karena perbedaan prinsip yang mendasar (karena hal-hal tersebut sudah disepakati dan disamakan cara pandangnya di tahap interogasi).

Lah emang usia pernikahan yang baru 3 semester bisa berantem hebat? Bukannya sedang sayang-sayangnya karena baru nikah? Faktanya, dari list pertemanan gue aja, sudah ada 3 orang kenalan gue yang bercerai di umur pernikahan yang yaaaa setara 3 semester ini.

Cerita Pre-Marriage Journey ini niatnya membantu memberi bayangan bagi teman-teman yang mau menikah tentang kira-kira apa aja ya yang sebaiknya dipastikan sebelum menikah. Pertanyaan dan diskusi ini juga semoga bisa menambah sudut pandang bagi teman-teman. Kalau ada yang baik, datangnya dari Allah (kalau ada yang ngaco ya namanya juga manusia tempatnya salah dan dosa).

Pertanyaan-pertanyaan interogasi serta brainstorming ini bukan berarti harus plek ditiru. Enggak. Ga gitu konsepnya. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah hal yang gue merasa harus dipastikan karena berkaitan dengan prinsip serta ngaruh banget untuk teknis hidup berumah tangga (dan kewarasan gue) ke depannya, dan ini bisa berbeda-beda untuk tiap orang.

Hal yang sama untuk jawabannya.

Kalau case gue, gue mau lihat bagaimana pandangan Ari terhadap sesuatu. Bukan semata-mata jawaban benar-salah, tapi lebih kepada apa sih pedoman Ari dalam memandang sesuatu? Apa sih reference dia dalam mengambil keputusan?

Teori dasarnya jelas, bahwa kita ga bisa memberikan hal yang kita ga punya. Teko berisi kopi, ya saat dituang nanti akan keluar kopi. Sehingga dari jawaban-jawaban yang diberikan Ari akan terlihat mengenai apa sih yang ada di kepalanya tentang sesuatu.

"Susah beneeeeer, mau nikah doang aja sampai kayak gitu"

LAH YA IYA DONG

Kalau menikah diibaratkan dengan setengah agama, disebut-sebut sebagai ibadah terlama, ya masa proses menuju ke sana-nya asal-asalan? Beli pepaya di pasar aja milih dulu, masa calon pasangan ga dipilih?


Newbie (karena umur pernikahan gue baru setara kuliah 3 semester) tips :

1. Pertanyaan-pertanyaan ini sebaiknya ditanyakan sebelum baper dan rasa ngarep itu muncul. Kenapa? Agar mudah untuk meng-cut semisal ada poin-poin yang tidak bisa dikompromikan.

Di kasus interogasi-no-baper ini bagi orang yang sebelumnya ga pacaran maka akan lebih mudah hidupnya, karena ga ada tuh istilah "Tanggung ih udah 5 taun pacaran" atau "Duh ortu  kita udah kepalang kenal" atau "Duh, gue udah deket sama nyokap/kakak/adiknya". Jadi ga bias penilaiannya.


2. Buka nurani dan perhatikan red flag

Jangan ragu nge-cut kalau ada satuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu aja hal kecil yang mengganjal berhari-hari. Gue pernah menghempas seorang lelaki karena dia ga bayar pajak motor bertahun-tahun plus lampu belakang motornya mati. Buat gue, itu ga sesuai dengan value yang gue pegang (gue anaknya safety first banget lah, namanya juga anak pabrik). And now I'm happy with that. Laki-laki yang dimaksud di atas, sekarang ga jelas sih kerjanya apa dan gimana idupnya.


3. Numbers can't lie

Dalam tahapan interogasi nanti bisa ajukan beberapa poin pertanyaan yg butuh data/angka untuk menyelesaikannya (misal target tabungan nikah, atau rencana keuangan/tabungan jangka pendek-menengah-panjang). Kalau doi sepik doang asal nyebut "Taun depan" or "Dua taun lagi" or "Lima taun lagi" or asal sebut lainnya tanpa ada dukungan data yang jelas, maka bagi gue yang sangat saintifik ini sudah jelas..

HEMPASKAAAAN.


4. Percaya sama pola

Maksudnya gimana? Misal selalu janji mau berenti ngerokok tapi ga berenti-berenti? Atau justru janji mau berenti ngerokok abis nikah? Halah #taiucing. Udah ketahuan itu polanya, janji doang, masa masih ga percaya sama pola yang udah jelas gitu.

Bukan berarti kita anggap kata-katanya semua janji doang ya. Tapi ayo kita lihat polanya. Misal sebelumnya ngerokok 5x sehari abis selesai shalat (gimana sih kok ngerokok abis shalat, wkwkwkwk), trus dia berusaha mengurangi, biasanya jadi 4x sehari, kadang jadi 3x, tapi kadang banget kalo hangout sama temannya kelepasan bisa 5x lagi. Kan dari situ kita bisa lihat bahwa dia sebenarnya niat berubah meski dikit-dikit (dan ingat, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit).

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ya ujung-ujunganya semua keputusannya kembali diserahkan kepada teman-teman sekalian kok.. ini mah judulnya brainstorming doang.


Bonus tips beberapa alternatif pertanyaan pembuka untuk perempuan yang merasa harus memperjelas suatu kondisi tapi doi kok ga kunjung ngomong apa-apa :

(Disclaimer lagi, gue anaknya agak preman, dan waktu itu menanyakan ini ke teman dekat yang sama premannya. Jadi nanyanya tanpa baper dan sambil tetep ketawa-ketawa bego aja.)

"Eh, lu perhatian gini ke gue doang apa ke semua orang juga?"

"Nih yak, umur udah hampir 25. Umur segini dekat sama lawan jenis udah bukan buat nambah-nambahin list mantan kan?"

"Eh, ini tuh ya kita berdua kayak gini, gue ngarep sendiri atau lu ada niatan ke arah biar gue ga ngarep sendiri?"


Kadang perempuan cuma butuh kejelasan hubungan aja ga sih? Tapi kadang laki-laki juga clueless kalau diminta berkomitmen cepat-cepat.

Waktu itu, pernyataan pamungkas gue adalah..

"Kalau lu niat serius, gue juga ga akan minta dinikahin bulan depan kok. Yang penting gue tau dulu kita ini ada apa."

Akhirnya kami baru nikah setelah hampir 2 tahun dari pertanyaan pamungkas itu dan selama 2 tahun itu pula Ari diinterogasi, wkwkwkwk. Untung Ari sabar ya sama gue.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kenapa perihal kejelasan hubungan ini harus ditanyakan? Cewek masa nanya-nanya kayak gitu..

Yak betuuull!!

Kalo ternyata doi ga ada rasa sama kita, kita jadi ga buang banyak waktu. Kita bisa memperluas lagi jaringan pertemanan, siapa tau ada orang-orang baik (dan qualified serta available) di luar sana yang kita belum pernah ketemu sebelumnya.

(Aku si anak oportunis, wkwkwk)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Akhir kata, berikut ada quote dikutip dari @kurniawan_gunadi

"Lebih baik gagal di proses daripada gagal di tujuan"


Lalu dimulai lah proses interogasi gue.

:D

~Bersambung

(Plis doakan aku rajin nulis ya)