Minggu, 22 Februari 2015

Terik

Menurut cerita yang beredar, Matahari akan terasa terik seusai hari raya Imlek. Nyatanya kini memang Matahari terik. Sangat terik.

Bumi kira itu bukan karena Imlek.
Tapi memang karena Matahari ingin menerik. Akan menerik. Menyilaukan. Membakar apapun yang berani mengganggunya. Mewujudkan apa yang ingin diwujudkannya.

Di tengah teriknya Matahari kemarin, Bumi semakin sadar bahwa,
Bola api raksasa dengan diameter 1,4 juta km memang terlalu hebat untuk disandingkan dengan planet yang isinya sebagian besar adalah air dengan diameter kurang dari 13.000 km.

Sehingga,
Akhir-akhir ini Bumi lebih memilih untuk jarang melihat matahari secara langsung.
Karena terik
Karena silau
Meski sebenarnya, silakan tanyakan pada tatanan semesta, Bumi masih menjadi pemuja nomor satu atas teriknya Matahari.

Tetapi, Bumi masih dapat melihat cahaya bulan.
Setidaknya, Bumi tahu bahwa hadirnya cahaya bulan merupakan tanda bahwa Matahari baik-baik saja.

Akhir kata,
Bumi akan di sini,
Jangan pusing jika suatu hari berniat mencari,
Itupun jika ingin mencari,
Karena Bumi tetap di sini.

Selasa, 17 Februari 2015

Ketua OSIS SMA-nya pada Masanya

Di rumah baru ini gue menemukan banyak orang baru, terutama adik-adik baru (yaiyalah, angkatan 48-nya cuma 34 orang dan rata-rata adalah para pemain lama). Salah satu yang paling banyak meninggalkan kesan sejauh ini adalah yang satu ini, sang ketua OSIS SMA-nya pada masanya.

..
"Kak, ada pelangi!"
*celingukan* "Oiya? Mana?"
"Tuh di kanan"
Ternyata ada suatu toko bernama 'Pelangi' dengan plang yang terpampang cukup besar.
-_____-"
Tak lama,
"Kak, ada pelangi!!"
*mencari apakah ada sesuatu lagi yang bertuliskan 'pelangi'* "Mana?"
"Di matamu"
*terdiam sepersekian detik, lalu tertawa*

..
-_____-"

..
"Kak, gue galau"
"Oiya? Kenapa?"
"Galau, Kak, karena ga ada yang bisa digalauin"

..
-_____-"

..
"Di mana dirawatnya, Kak, emangnya?"
"Di Karya Bhakti"
"Ooooooh.."
*senyum* *angguk-angguk*
"Karya Bhakti bukannya ganti nama, Kak?"
"Iya. Jadi RSUD Kota Bogor"
"Oiya, Kak, dulu gue punya band, namanya Karya Bhakti"
*menyimak dengan antusias*
"Kayaknya nanti gue bakal usul biar ganti nama jadi RSUD Kota Bogor deh"

..
-_____-"

..
*memutar playlist di hape*
"Yaampun playlist lu. Ga nyangka gue.."
"Haha.. Gue sempet diminta tampil pas walimahan, Kak. Trus kan mau latihan, makanya lagu-lagunya gitu"
"Enggak!! Gue ga butuh penjelasan.." *ala-ala sinetron lebay*
"Kak, ini hanya salah paham. Ini tidak seperti yang Kakak fikirkan. Gue bisa menjelaskan semua ini" *dengan tidak kalah lebaynya*

..
-_____-"
Yaampun, kealayan gue ditanggepin.


Untuk dua proker kepanitiaan kementerian yang sudah running,
Untuk MPKMB yang berubah jadi MPB,
Untuk keriuhan semester 6-nya,
Meski gue ga pernah berharap lu menemukan blog gue,
Tapi,
Semangat yooow~

Kalau mengutip bahasa anak Smansa mah,
Semoga takkan redup berpijar :)

Kamis, 12 Februari 2015

Koala Kumal

Penulis: Raditya Dika
Cetakan pertama: 2014
Penerbit: GagasMedia
Tebal Buku: x+250 halaman; 13 x 20 cm

Ini pembatas bukunya. Iya gue tau. Koalanya memang lucu banget.

Gue sudah membaca buku Radiya Dika sejak SMP kelas 7, dikenalkan oleh teman gue yang bernama Amel (sekarang kuliah di ITB, atau udah lulus ya?). Sejak jaman Kambing Jantan dulu.

Sebagai pengamat buku-buku Raditya Dika *ceilah*, sebagai pembaca dari seluruh bukunya (meskipun yang beli sendiri baru Koala Kumal ini doang), gaya menulis beliau makin kece dari buku ke buku. Dari gaya bahasanya, buku inipun tergolong buku serius *versi buku Raditya Dika ya* dan ditulis dengan bahasa baku. Dibanding Kambing Jantan yang merupakan tulisan blog, buku ini jauh lebih rapi. Serius deh. Dan sudah tidak alay tentunya.
"Buku terbaru gue itu temanya itu: patah hati dan hal-hal yang berkaitan dengan itu."

"Buku ini pun ditulis, bab demi bab berbicara tentang patah hati."

"Seorang senior gue di SMA pernah bilang, patah hati itu seperti serial anime Dragon Ball. Setiap kali Son Goku, jagoannya, kalah dari musuhnya, dia akan kembali lagi jauh lebih kuat. Patah hati seharusnya seperti itu, dari setiap kekecewaan, kita akan makin kuat.."

Kalau kata-kata dari seorang teman gue yang se-BEM sama gue di tingkat 1, 2, 3 mah,
What doesn't kill you makes you stronger
Yaaa, mirip lah. Intinya sama.
"
'Aku dan cowok asing itu seharusnya tahu kalau kami akan patah hati.'
'Terus? Kenapa masih mau berharap?'
'Karena risikonya sepadan,' katanya, ringan

"

"
Nyokap lalu bertanya, 'Dik, kamu tahu gak istilah Mama untuk orang yang sudah pernah merasakan patah hati?'
'Apa, Ma?'
Nyokap menatap gue, lalu bilang, 'Dewasa.'
Nyokap beranjak ke dalam kamar, meninggalkan gue sendirian, Ada detak jam yang terdengar sayup, ada senyum kecil yang menyembang di bibir. Ada sesuatu yang selesai.

"


Untukmu,
Yang sedang patah hati.

Iya.
Sepertinya saya tahu..
:)

Rabu, 11 Februari 2015

Jejak Sepatu

Suatu hari, 10.30 PM
Chat WhatsApp
..
"Belum tidur, Dil?"
"Belum. Kenapa gitu?"
"Tumben. Biasanya jam segini udah tidur"
"Haha.. Masih inget aja lu"
..

Tim Syinting
Tim Syengklek
Tim Syakalaka
Tim Syetres
Tim Syakitjiwa
Tim Syuka-syuka

@ Kerinci
@ Saung Kuring Balio
@ POMI Lantai 2
@ Kosan winni
@ Minion
@ SC
@ Diploma
@ Tampomas
@ DC
@ Kosan Koco
@ Lapangan Rektorat
Dan di tempat lainnya

Yang tidak dapat membedakan kanan-kiri lah
Yang rapat sampai malam lah
Yang kajian debat sampai pagi lah
Yang membuat atribut sampai pagi juga lah
Yang membuat gelang tali sepatu lah
Yang ngurusin perizinan lah
Yang ngata-ngatain KPR lah
Yang beli layangan lah
Yang bikin es teh manis lah
Yang susah dibangunin tidur lah
Yang malah jadian lah
Yang menaruh mukena di Kerinci untuk shalat lah
Yang menggelinjang lah
Yang battle main Let's Get Rich lah
Yang nyanyi 'All of Me' di voice note lah
Yang sakit seusai mendengar 'All of Me' di voice note lah
Yang memasang spanduk di seantero IPB lah
Yang mencopot spanduk di seantero IPB lah karena sudah masa tenang
Yang jago desain lah
Yang memerangkap logo KPR di pojokan desain poster lah
Dan yang yang lainnya

Jejak Sepatu yang kebetulan bisa datang, Gymnasium IPB, 28 Oktober 2014, +/- 500 mdpl

Koordinator TS Jejak Sepatu, 2829 mdpl

Jejak Sepatu, 0 mdpl


Semester ini belum ketemuan ih,
Ketemuan yuk?
:')

Sabtu, 07 Februari 2015

Just Another Point of View

Kamis 5 Februari 2015
Upgrading rumah baru
@ Vila Pancahati, Megamendung
"
..
Ada 8000 suara yang memilih saya dan Dadan
..
Kita di sini mengemban amanah dari 8000 mahasiswa IPB
..
"
Yaelah
Situ bangga? BIASA aja keleus
Arogansi terukur sih memang arogansi terukur.
Tapi sadarkah bahwa ada belasan orang yang perlu dijaga hatinya di ruangan itu? Belasan orang yang sudah rela merendahkan egoisme pemira dan ambisi pribadi untuk bersama-sama mewujudkan sesuatu yang bermakna untuk IPB dan Indonesia.

Dipilih oleh 8015 suara lalu ditinggalkan oleh teman-teman sendiri?
Sori aja, gue sih ogah.

Ada yang berniat cari ribut dengan gue?
Mumpung belum dilantik nih, gue jabanin.



Ttd,
Sekretaris Tim Sukses Jejak Sepatu Pemira 2014

Senin, 02 Februari 2015

Biru, Jingga, dan Penyangga Senja

Aduhai, mengapa sunset menakjubkan?
Karena matahari menggelayut malas di kaki langit

.Tere Liye.

Jika kau membuat suatu lingkaran lalu membagi juringnya menjadi enam buah sama besar, kemudian mewarnainya sesuai dengan warna dasar dan gradasi campuran antara dua buah warna dasar. Berurutan. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu. Maka kau akan menemukan biru dan jingga pada posisi yang berseberangan.

Biru dan jingga
Dua warna yang sangat tak umum dipadupadankan dalam keseharian karena kekontrasan warnanya. Tak berbeda dengan kekontrasan kuning dan ungu. Tak berbeda dengan kekontrasan merah dan hijau. Tapi aku suka.

Mengapa aku suka biru dan jingga?
Karena mereka adalah penyangga senja
Karena penyangga senjalah yang membuat senja selalu cantik

Mengapa senja cantik?
Karena hanya terdapat dua momen dalam sehari di mana biru dan jingga dapat bertemu,
Fajar dan senja
Jarang bertemu memang selalu membuat pertemuan menjadi lebih indah, kan?

Mengapa aku lebih suka senja?
Karena senja selalu bermakna ganda,
Akhir dari siang hari pada sistem kalender yang satu, simbolisasi untuk beristirahat dan menghentikan aktivitas
Sekaligus awal dari hari pada sistem penanggalan lainnya, simbolisasi untuk harapan baru dan masa depan

Senja, dari Lantai 3 Koridor (Node sih lebih tepatnya) TIN

Untuk Penyangga Senja,
Juga untuk Biru yang barangkali sadar bahwa ada banyak hal yang dapat dipelajari meski hanya sesaat bersisian dengan Jingga