Jumat, 23 Juni 2023

Kisah Kami Menabung Haji

Bulan Dzulhijjah identik dengan banyak kisah mengenai qurban dan haji. Bersama ini, kami (saya dan Ari) bermaksud menceritakan kisah menabung kami untuk mendapatkan porsi haji.

Sekilas info : Porsi antre haji bisa didapatkan setelah menyetor uang sejumlah 25 juta. Jika kami ingin berhaji berdua, maka kami perlu 50 juta untuk mengamankan porsi antre haji (meski antre-nya sendiri masih puluhan tahun).

Awal mulanya, di Ramadhan 2019, ada pengajian kemuslimahan di kantor saya dengan narsum Ibu Euis Sufi Jatiningsih.

Beliau menyampaikan bahwa Ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Dan menyampaikan bahwa muslim yang mau masuk surga itu kayak orang Indonesia yang mau naik haji.

Apa persamaannya? Yaitu belum memulai usaha apa-apa.

Beramal secukupnya, bertaubat juga jarang, menabung juga banyak alesan. Memang sih Allah itu mendengar doa, tapi Allah juga melihat upaya kita untuk mengamalkan sesuatu.

Apakah saya merasa tertampar? YAIYA DOOOOONG

Saat itu saya belom nikah. Dan saya tau banget Ari itu bukan yang anak-nabung gitu.

Akhirnya ketika Idul Adha di tahun yang sama, saya ngide nabung bareng untuk haji/qurban. Tentu ada penolakan dan argumen panjang. Wkwkkwkw (hidup kami penuh debat kisruh sejak jauh sebelum menikah).

Setelah banyak-banyak brainstorming dan penawaran sana-sini, lalu kami bertekad setidak-tidaknya setelah berkeluarga itu kami harus berqurban setiap tahun sebanyak :

=roundup(0.5 * N)

N = jumlah anggota keluarga

Saat itu disepakatilah seorang menabung 150 ribu per bulan untuk qurban. Tabungan qurban tersebut disimpan di saya. Khawatir berubah jadi akeseoris hape kalo disimpan di Ari. #iniserius

Beberapa bulan kemudian, kami menikah di akhir November 2019. Ketika honeymoon, kami membuat rencana upgrade tabungan haji karena masa karyawan kontrak saya selama setahun hampir selesai dan saya sudah mulai bisa dinas-dinas luar kota. Dengan banyak-banyak optimis, kami yakin saya akan jadi karyawan tetap dan gajinya akan naik.

Tentu juga dengan berdoa untuk dilimpahi rezeki yang berlebih, sehingga ringan untuk beribadah dan berbagi

Akhirnya kami upgrade alokasi tabungan per bulan. Yang awalnya 150 ribu per orang per bulan, menjadi digabung (karena sudah menikah) sejumlah sejuta per bulan.

Tak lama saya hamil Aqila. Tabungan harus mulai dialokasikan juga untuk kontrol hamil, melahirkan, dan aqiqah.

Dan benar saja. Alhamdulillah saya mulai dapat dinas luar kota, jadi karyawan tetap, dan gaji pokok meningkat. Lalu juga ada restrukturisasi pada lembaga tempat saya bekerja sehingga gaji baru itu rasanya naiknya kok banyak banget 😭. Masya Allah.

Lalu Ari juga tiba-tiba jadi banyak banget kerjaannya. Sebelumnya lembur hanya 1x per bulan, di awal 2020 bisa jadi 2-3x per bulan. Hal ini berimplikasi pada honor lembur yang meningkat.

Tak lama, muncul pandemi. Kantor saya full WFH (boleh ngantor tapi harus dengan izin atasan) dan kantor Ari menerapkan kerja secara hybrid. Ongkos PP Ari Jaksel-Bogor otomatis dapat dihemat.

Setiap ada lebihan-lebihan itu kami sisihkan. Kami yakin ini adalah salah satu jalan Allah agar target tabungan haji kami cepat terpenuhi.

Biaya kontrol kehamilan hingga lahiran, blass semua tercover oleh asuransi kantor Ari. Yang padahal asuransi karyawan itu merupakan benefit baru di kantornya.

Meanwhile biaya vaksin-vaksin Aqila setelah lahir tercover seluruhnya dengan fasilitas kesehatan kantor saya. Yang juga benefit ini super-duper baru banget adanya.

Akhirnya setelah dikeluarkan untuk aqiqah dan qurban di 2020, pada pembukuan tabungan haji 2020 terkumpul sebanyak 14 juta. Jujur ini jauuuuuh di atas prediksi saya. Saya awalnya merasa bisa nabung 10 juta per tahun itu udah akan jadi prestasi besar (10 juta per tahun dengan rincian : menabung sejuta per bulan, lalu lebihan2/lembur/bonus ditambahkan utk menggenapkan biaya qurban).

Awal menabung haji ini saya sudah berkata ke diri sendiri bahwa, "Nabung 5 tahun ga apa-apa ya. Setahun minimal 10 juta. Allah melihat upaya kok, bukan semata-mata hasil."

Tapi ternyata Allah mampukan menjadi 14 juta dalam tahun pertama.

Tahun 2021 target menabung kami meningkat. Dari awalnya sejuta per bulan, kami tingkatkan menjadi 1.5 juta per bulan. Hal ini karena kami bertekad harus qurban minimal 2 domba. Target minimal di akhir tahun adalah terkumpul sebanyak di tahun 2020.

But baby blues did exist. Mommy brain. Brainfog tak berkesudahan. Banyak nge-lag. Beberapa target pekerjaan dari atasan tidak sesuai antara persentase penilaian achievement vs jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan tersebut (contoh : Ada pekerjaan yang waktu pengerjaannya adalah full sepanjang hari, seminggu sekali. Tapi bobotnya kecil sekali dalam persentase penilaian total pekerjaan saya. Waktu aktual terpakai saya adalah 20% dalam tiap pekan, tapi bobot penilaian pekerjaan tersebut tidak sampai 15%. Dan sialnya tiap 1 on 1 dengan atasan, saya lupa terus untuk mengomunikasikan hal tersebut).

Saya tau diri untuk mengurangi jumlah availabilitas hari dinas agar fokus dengan pekerjaan harian.

Target utama setiap hari bagi ibu dengan anak kecil sebenernya sederhana : semua masih hidup, anak sudah makan-mandi tepat waktu, dan tidak ada yang terluka

Tapi siapa yang memperhatikan kebutuhan ibu : Apakah ibu sudah makan dengan proper? Sudah istirahat dengan proper?

Kadang dalam hidup ada aja so-called support system yang padahal mah ga ada support-support-nya pisan.

Note besar-besar : Ari sangat men-support gue.

Ajaibnya, rezeki itu selalu tau di mana pemiliknya. Mengajukan sedikit tanggal available untuk penugasan di kantor, eh malah dapat banyak penugasan dari sepupu-kantor. Dan tugas dari sepupu-kantor ini ga banyak PR-nya, selesai di hari yang sama, sehingga ga mengambil banyak waktu (tapi tetep dapat honor).

Perhitungan menabung dengan target minimalis kami menjadi terpenuhi dengan lancar.

Ditambah berbagai uang kaget yang beneran bikin kaget pas lihat mutasi rekening, pada akhirnya di 2021 terkumpul juga sebanyak 14 juta. Sehingga total terkumpul 28 juta. Sudah lebih dari setengah target.

Lalu 2022 kami berencana tetap dengan style menabung yang sama. Yang ternyata tidak mudah karena kami mulai tinggal terpisah dengan orang tua. Kami punya 'soft loan' saat membangun rumah yang harus bertahap dilunasi ke orang tua. Di samping itu juga ada kebutuhan-kebutuhan bulanan yang sebelumnya kami sharing dengan orang tua dan kini jadi sendiri.

Ditambah pula kantor saya mulai menerapkan harus WFO setidak-tidaknya sekali dalam sepekan (sebelumnya bisa full WFH sejak pandemi 2020). Banyak boncos di beli makan, wkwkwkwkwk, karena saya tu ga passionate untuk memasak apalagi diburu-buru sebelum berangkat kerja harus masak banyak untuk sampai makan siang. Dahlah, mending beli di luar aja (tapi saya passionate kok kalau nyuci, jadi jarang nge-laundry 😁).

Banyak sekaliiii godaan jajan di 2022 ini. Apalagi kami mulai tinggal terpisah oleh orang tua. Makanan-makanan yang jarang sekali dibelikan orang tua ketika kecil (karena berbagai alasan, mulai dari gizi hingga value for moneyof course bisa kami borong karena ga akan dimarahi orang tua (due to udah ga serumah dan ga ketahuan). Ditambah ternyata preferensi makanan saya dan Ari agak berbeda, jadi kadang kalau saya capek masak ya sebagian makanan mending beli jadi.

Selain godaan jajan, ada juga kenekatan kami yaitu Ari jobless selama beberapa waktu karena ingin mencari pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote. Sudah lelah Bund, PP Jaksel-Bogor 5 tahun. Meski resign ini dilakukan dengan perhitungan, ya tetap ada banget dong ketar-ketirnya.

Tapi lagi-lagi, rezeki selalu tau di mana pemiliknya.

Meski saya menyampaikan availabilitas dinas dengan jumlah yang minimalis karena punya tambahan tanggung jawab untuk mengurus rumah, tapi ujung-ujungnya ada juga kejutan-kejutan kerjaan di beberapa bulan terakhir di 2022 meski ada misuh-misuhnya (ofkors!!) dan pulang jam 9 malam. Yang pada akhirnya bisa banget untuk nambah-nambahin tabungan haji kami.

Lalu di akhir 2022, ibu dan adik saya umrah. Karena selisih usia saya dan adik hanya 2 tahun, dari kecil kami hampir selalu mendapatkan fasilitas yang sama. Di saat persiapan umrah itu, Ibu merasa bersalah karena ga bisa mengajak saya ikut serta (ya kalau saya berangkat, gimana Ari dan Aqila kan?).

Untuk mengompensasi hal tersebut, lalu saya dapat uang kaget sejumlah sekian dari Ibu. Lengkap dengan pesan, "Buat nambahin tabungan haji. Ayo masih kurang berapa lagi? Mau minjem uang Ibu dulu? Biar bisa setoran dulu untuk dapet nomor antre. Antre-nya masih panjang. Kalau bisa haji saat muda pasti lebih enak daripada haji pas sudah tua."

Masya Allah 😭.

Momen paling kaget dalam rangkaian menabung haji itu pas dapat kejutan beberapa kali di paruh kedua 2022 termasuk the real uang kaget dari Ibu.

Di tahun-tahun sebelumnya, kami 'tutup buku' tabungan haji ga tepat di akhir tahun, seringnya di awal tahun depannya. Kadang menunggu bonus tahunan saya atau lihat saldo tabungan total kami apakah ada yang bisa dialokasikan untuk menggenapkan tabungan haji.

Dengan uang kaget dari Ibu maka lengkap sudah tabungan kami 50 juta. Ini terkumpul sebelum akhir tahun 2022.

Tapi sayangnya kami baru berhasil mendaftar haji di 2 Januari 2023. Ceritanya panjang lah pokoknya. Wah ini kalau mau diceritain ke-amsyong-an Depag Bogor bisa jadi satu cerita sendiri lagi soalnya.

Dan pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh teman-teman kami adalah :

Nabungnya di bank mana?

Jawabannya adalah : Kami nabung di kaleng kukis hampers lebaran. Tiap akhir tahun kami pindahkan ke goodie bag souvenir nikahan salah satu teman kami.

Besar harapan kami, teman kami tersebut ikut mendapat sebagian pahala menabung dan berhaji kami kelak.

Kegalauan kami memilih bank ga menyurutkan kami untuk tetap menabung. Ketika terkumpul, barulah kami buka akun bank Muamalat, lalu setor 25 juta++ (karena akan ada saldo mengendap) per orang, dan saat itu pula langsung disetorkan kembali oleh bank ke rekening haji.

Mungkin kisah menabung kami tidak terlalu heroik. Ga ada cerita jalan kaki berkilo-kilometer untuk menghemat ongkos. Ga ada kisah makan nasi-kecap-garam atau puasa berhari-hari untuk menghemat uang makan. Juga ga ada cerita jual aset untuk menambah jumlah tabungan. Malah ada kisah dapat uang kaget sebagai kompensasi tidak ikut umrah.

Kami paham sekali bahwa mungkin ujian teman-teman kami lebih beragam dan lebih berat. Ini pun sebenernya ada berat-beratnya, banyak momen misuh, kerja sampai lewat jam kerja, istirahat belum cukup tapi kok udah pagi lagi, pergi tugas ke sana-sini, dll. Tapi saya tuh kalau nulis memang hawanya pasti jadi setengah lawak 😒.

Semoga ada hikmah yang bisa diambil oleh teman-teman yang membaca ini. Bahwa memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin.


=======================================


Btw cerita ini ada epilognya gais :

Dari duluuuuu, sering banget dengar kata-kata yang intinya menyampaikan bahwa :

"Berniaga dengan Allah itu ga bakal rugi"

Atau

"Allah adalah tuan rumah paling murah hati"

Atau

"Kalau berkunjung ke rumah-Nya maka akan dijamu dan digantikan berkali lipat"

And so on.


Masih di Januari 2023, belum genap sebulan dari kami menyetor tabungan untuk mendapatkan porsi haji. Tiba-tiba ada kisah 'uang kaget' lainnya. Kali ini super kaget. Sejauh ini, ini yang paling jauh.

#yangtautauaja #ifyouknowyouknow

Menurut beberapa penutur yang tidak mungkin saya publikasikan namanya, ada yang sampai cuma bisa mijet-mijet kepala dan nge-lag agak lama. Saking kagetnya.

Bagi saya dan Ari, ini rasanya kayak Allah kembalikan sebagian dari apa-apa yang sudah kami upayakan. Serasa di-pukpuk sambil dibilangin bahwa, "Aku hanya ingin lihat kesungguhan hamba-Ku berusaha kok. Bukan hal yang sulit mengembalikan sejumlah itu dalam sekejap."

Siapa yang ga cireumbay digituin. Cireumbay sabari nge-lag tea karena masih kaget padahal mah.


Sekian.

Semangat nabung (apapun demi kebaikan) ya teman-teman!!

:)

Kamis, 05 Januari 2023

Parenting

Semakin belajar parenting, semakin sadar bahwa kengawuran-kengawuran yang gue 'pelihara' saat ini adalah bentuk dari luka-luka dan ketidakkonsistenan pengasuhan orang tua gue dulu.

Sehingga jadi bisa dipahami kenapa training-training self awareness dimulai dengan memaafkan orang tua.

Manusia-manusia yang jadi beban di masyarakat seringkali berawal dari anak-anak yang tidak terpenuhi hak-haknya ketika kecil. Ada tahapan pengasuhan yang tidak tepat atau terlewat dan berakibat ada hal yg 'ga beres' di dirinya.

Bisa jadi disimpulkan bahwa sebenarnya 'anak durhaka' ga berdiri sendiri. Ada aktivitas pendahulunya sebelum muncul anak durhaka, yaitu 'orang tua durhaka' yang ga memenuhi hak-hak anak dengan baik.

Jangan lupa minta maaf kepada anak kita hari ini.