Minggu, 30 Juni 2013

Juni

Dari sejak gue mulai mengerti sistem penanggalan, gue selalu menaruh minat dan harapan pada bulan Juni. Sebagaimanapun, bagi gue, Juni selalu istimewa. Dan Juni 2013 ini termasuk Juni spektakuler bersama dengan Juni 2011 serta Juni 2010.

Awal Juni, tanggal 1, dibuka dengan menjadi MC acara lomba mewarnai anak kelas 1-3 SD. Ini sejujurnya merupakan hal yang belum pernah gue lakukan, menjadi MC. Sesungguhnya menjadi MC lomba mewarnai SD kelas 1-3 ini menguras emosi dan energi --"

Selang seminggu setelahnya, gue UAS *udah lah ya, ini di-skip aja*. Juni juga diisi dengan beberapa kepanitiaan yang entah gue juga bingung kenapa gue mengiyakan ketika diajak bergabung pada awalnya.

Ada beberapa tanggal yang gue rasa perlu digarisbawahi dan berkesan selama Juni ini yaitu tanggal 1, 2, 3, 8, 16, 22, 24, 25, 27, 28, 29, dan 30. Mulai dari merekatkan silaturahmi yang merenggang, ilmu yang semoga bermanfaat, jendela dunia, dzikrul maut, summer solstice, serta beberapa hal yang gue pikirkan dengan serius. Semoga banyak hal yang bisa gue temukan pemahamannya.

Secara keseluruhan, grafik mood swing gue di tiap bulan Juni adalah grafik dengan rata-rata gradien mendekati nol. Begitu pula dengan Juni 2013 ini.
*dan paragraf ini adalah paragraf paling tidak padu karena gue ga tau mau nulis apa*

Juni 2013 merupakan salah satu bulan terproduktif gue dalam membaca. Terima kasih untuk Idham dengan "Gading-Gading Ganesha"-nya, dan terima kasih untuk Ibu yang tiba-tiba menemukan "Burung-Burung Manyar" karya YB Mangunwijaya ketika sedang mencari buku teks kuliah di lemari bukunya. Tak lupa terima kasih pula untuk dosen-dosen TIN atas slide kuliahnya yang harus gue khatamkan sekali lagi ketika menjelang UAS.

Sejujurnya, ada quote cukup ajaib dari salah seorang dosen yang gue temukan di catatan kuliah gue,
Sekarang manusia habis waktunya untuk dunia yang tidak nyata.
Dan sesungguhnya itu yang membuat gue menyempatkan diri untuk sengaja berkunjung ke toko buku di tengah kerempongan Juni ini.

Satu lagi, terima kasih kepada Yang Maha Segalanya. Terima kasih atas hal yang paling saya suka, hujan, sebagai pembuka di hari pertama Juni dan penutup di penghabisan Juni. Serta sangat banyak terima kasih untuk tanggal 27-Nya :)

Sebagai pentup, randomly gue malah menemukan quote di buku "Burung-Burung Manyar",
Kenangan dapat berbahaya selaku nostalgia kosong. Akan tetapi kenangan indah dapat hadir selaku kekuatan yang tiada tara.

Jumat, 28 Juni 2013

Selamat Tidur

Aku ingin membisikkan selamat tidur, jangan bermimpi. Mimpi mengurangi kualitas istirahatnya, Dan untuk bersamaku, dia tak perlu bermimpi.
.Dewi Lestari.
Dalam Rectoverso
:)

Kamis, 27 Juni 2013

Peleh

Bagi yang belom pernah nonton speech composing Jeremy Teti tentang BBM campuran, silakan nonton dulu, biar bisa ngerti apa yang diomongin di post ini..

Klik di sini :
http://www.youtube.com/watch?v=PorSEa-aHc4

Suatu hari pada sebuah RG acara angkatan TIN, bertempat di Koridor Fateta..
Raka : Jadi harapannya tanggal 26 Agustus bisa udah pada di sini lagi ya karena masih banyak yang harus diberesin untuk acara kita..
Aji : *muka peleh* Di sini Rak? Di Korfat?
Onte : *emosi* Di Bogoooor..
Raka : Di Bogor.. Di Bogor.. Gor.. Gor..
Serentak peserta RG itu ketawa semua.
Peleh emang --"

Senin, 24 Juni 2013

Masih Nanya?

Ini adalah percakapan antara gue dan Ari ketika praktikum Bioproses yang disimak oleh Hanif pada H-sekian closing Smansa Day 2013 lalu..
Ri, voli putri OMI masuk final :D
Oooooh, terus?
Ada Ria, Santi, Ulim, Kak Yati..
Iya, terus?
Itu finalnya hari Sabtu, Ri..
Terus?
Jarkomannya sih jam 5..
Terus? *muka nyolot*
Terus? *muka bingung*
Terus lu masih nanya gue bakal milih dateng yang mana? *muka nyebelin*
*nyengir*

Minggu, 23 Juni 2013

BBM Bersubsidi Naik, Terus?

BBM fixed naik per 22 Juni 2013. Lalu sebagai pengguna motor selama 15 bulan terakhir, apa yang akan gue lakukan? Terlalu naif jika gue bilang, "Yaudah, gue naek angkot aja, soalnya BBM naik".

Hal pertama yang gue lakukan setelah isu kenaikan BBM semakin memanas adalah berhitung. Motor gue itu dulu kalo diiisi premium Rp11.000 aja bisa sampe hampir tumpeh-tumpeh, sehingga bisa diasumsian bahwa kapasitas tangki bensin gue cuma 2,5 liter. Iya gue tau, itu emang imut-imut banget.

Jika sekarang harga per liternya Rp6500 maka 2,5 liter itu senilai dengan Rp16.250 dan segitu bisa gue pake untuk bolak-balik kampus sebanyak 3 kali. Biar perhitungan ini lebih mudah, berarti tiap harinya gue akan mengeluarkan uang untuk bensin sebesar Rp5500.

Nah sekarang, ayo kita hitung jika gue naik angkot. Jarak rumah-kampus itu 3 kali naik angkot. Tiap kali naik angkotnya adalah Rp2000 ketika BBM belum naik. Naaaaah, udah keliatan kan mana yang lebih murah?

Gue ga sebegitunya anti naik angkot. Dari kelas 4 SD sampe UTS semester 2 TPB gue masih setia sama angkot kok. Bahkan sekarang aja misalnya gue mau main ke Botani atau Smansa (yang destinasinya ga ke mana-mana lagi, cukup di situ aja trus nanti langsung pulang) ya gue akan naik angkot, itu terbukti lebih murah soalnya ga perlu bayar parkiran mall. :p

Sesungguhnya, gue akan dengan sangat senang hati naik angkot ke kampus. Tapi yaaaaa, anak IPB tau lah ya angkot Kampus Dalam itu seberapa menguras jiwa. Ngetemnya, rokoknya, PHP-nya (maju dikit, trus mundur lagi), dan lain sebagainya membuat gue ga bisa kompromi.

Hampir 10 tahun melalang buana di dunia perangkotan Bogor membuat gue sudah berpuluh (atau bahkan beratus) kali turun dari angkot tanpa bayar karena plis banget itu supirnya ngetem ga kira-kira. Diteriakin sama supirnya karena ga bayar sih udah pasti. Tapi yaaa setidaknya gue udah ngasih pertanda ketidaksukaan gue atas aksi ngetem sang supir dengan cara bertanya dengan intonasi rada nyebelin "A', ini ngetemnya masih lama ga ya?". Kalo supirnya tau diri biasanya langsung jalan, kalo ga tau diri ya tadi itu, gue turun dari angkot tanpa bayar.

Lah kenapa ini malah ngomongin gue turun angkot tanpa bayar?
--"

Intinya adalah angkot itu merupakan transportasi yang pengelolaannya kurang baik sehinga kurang nyaman. Bagi gue pribadi yg biasanya menjunjung ketepatan waktu ketika membuat janji dengan orang, angkot ngetem itu rasanya nyebelin banget. Sesungguhnya gue baru mulai ga ontime itu ya pas di kampus, diawali dari terlalu seringnya naik angkot Kampus Dalam yang ngetemnya ga kira-kira sehingga merasa mendapat pembenaran ketika telat, dan yaaaa berefek panjang.

Dengan naik angkot, gue ga bisa memperkirakan waktu dengan tepat kalau mau bepergian ke suatu tempat. Suatu hari gue menyengajakan berangkat lebih cepat eh ternyata angkotnya ga ngetem. Itu membuat gue memiliki waktu yang rada sia-sia karena gue kecepetan banget ketika tiba di tempat yang dituju.

Seandainya tiap rute angkot itu punya paguyuban resmi, misal "Persatuan Supir Angkot 14". Trus punya seragam, kan canggih tuuuh. Yang naiknya aja mungkin bisa seneng karena kali aja ada yang seragamnya unyu. Dengan adanya paguyuban supir ini kan setidaknya kita bisa tau mana-mana aja supir yang memang resmi (karena yang resmi kan punya seragam) dan mana yang enggak. Belum lagi kalau seragamnya warnanya disamakan sama warna bagian bawah angkot (kan angkot kotamadya Bogor itu warnanya beda-beda di bagian bawah badan angkot), beeeeeuh itu supir angkot 14 unyu paten karena angkot 14 itu warnanya pink :3. Kalo ada seragam gitu juga kan bisa meminimalisir perbuatan-perbuatan yang rada ajaib seperti pelecehan di angkot dan supir yang mengemudi secara ugal-ugalan karena kalau ada yang kayak gitu ya tinggal diliat aja seragamnya itu paguyuban dari angkot yang mana sehingga jadinya bisa lebih mudah dilacak dan dikenakan sanksi.

Mungkin ada baiknya juga menggunakan sistem halte yang first in first out dan ga ada tuh judulnya ngetem-ngetem sesuka hati di pinggir jalan. Kan enak banget itu ya kalo angkot ga pada ngetem di pinggir jalan seenaknya, ga bikin macet. Trus, kalo gitu kan nantinya para pengguna angkot bisa memperkirakan dengan lebih akurat mengenai kebutuhan waktu di perjalanan.
Kocaknya angkot adalah sepertinya mereka ga pake prinsip ekonomi tentang supply dan demand. Ketika penawaran angkot membludak yang ditandai dengan ngetem, ga ada angkot yang nurunin harga tarifnya.
*okesip, lu udah mulai ngaco Dil*

Ada lagi alasan lainnya yang mengakibatkan mengapa gue tetep bakal naik motor yaitu angkot yang katanya 24 jam, tapi ga jelas keberadaannya. Kan ga lucu juga ya kalo gue pulang jam 9 malem dari kampus trus berdiri lamaaaa banget nungguin angkot 14 di terminal Laladon karena entah kapan munculnya.

Yang paling mungkin diberlakukan di Bogor itu mungkin ya dengan adanya transportasi massal kayak Transpakuan. Sejujurnya gue seneng naik Transpakuan, kagak ngetem dan waktu keberangkatannya pasti (15 menit sekali deh kan ya kalo ga salah?). Tapi sayangnya rumah gue saking terpencilnya di kaki Gunung Salak ga kelewatan Transpakuan. --"

Kalo sampe ada kayak sejenis Transpakuan dari Bubulak/Laladon ke arah kampus mah gue haqqul yakin orang Bogor yang pulang pergi bakal pada seneng naik itu. Bahkan mungkin bisa jadi yang punya kosan langsung pindahan barang ke rumah dan memutuskan pulang pergi.

Nah tuh kaaan, tulisan pasca eror uas tentang BBM yang harganya naik malah jadi bleweran ke Transpakuan. Tapi intinya seperti itu lah ya..

Oh iya, karena masih bulan Juni, selamat ulang tahun ya Bogor :D
Maaf ya ada warganya yang jadi jarang naik angkot dan malah nambah-nambahin CO karena naik motor. Percaya deh, warganya yang satu ini naik motor karena kampusnya jauh di kabupaten, kalo perjalanan ke kota mah lebih memilih angkot kok..

Semoga ada solusi yang solutif diterapkan untuk membuat Bogor menjadi lebih manusiawi dan tetap layak ditinggali :)

Kamis, 20 Juni 2013

23, 24, 25

Terima kasih ya :D
Terima kasih atas banyak hal yang terjadi di antara kita bertiga :)

Terima kasih, kesemrawutan pikiran gue rasanya normal ketika bareng kalian karena pikiran kalian juga sama semrawutnya :p

Terima kasih, ke-random-an cara kerja pikiran gue rasanya normal karena pikiran kalian cara kerjanya samanya random juga :p

Terima kasih atas hal-hal absurd yang kalian lakukan sehingga gue bisa merasa normal :p

Rasa maaf yang sangat besar gue sampaikan kepada Yudhis karena menjadi korban dan target untuk banyak hal tapi dengan inti kasus yang sama. Kasusnya yaaa itu lah yaaa, kan cuma kita bertiga doang yang tau :p

Ga pada bosen-bosennya kan ya kalo ada instruksi dosen,
"Bikin kelompok bertiga-bertiga"
Kita bertiga refleks membuat kontak mata satu sama lain untuk memastikan dari tempat duduk masing-masing. Setelah berhasil menangkap tanda yang dimaksud lalu berteriak,
"Fixed!! NRP 23, 24, 25 barengaaaaaan!!"
Alay emang kita --"

Kocaknya ternyata ada yang pernah curcol ke gue karena kita pernah beberapa kali sekelompok bertiga..
"Gue kalo sekelompok ngurut NRP nih ya, kalo ke atas ada *****, kalo ke bawah ada ***** **"
.Orang paling rajin se-P1 menurut asprak Biopros dan Penkom.
"Teh Dil, kalo gue sekelompok bertiga sama NRP yang ke bawah mah, beuh.."
.Seseorang di P3.
"Dil, lu pernah denger tentang kisah geng 70an di P3 ga? Kita tuh orang-orang yang NRP-nya kepala 7, dan kita beler semua Dil. Entah apa jadinya kalo gue bikin kelompok bertiga dan NRP-nya berurutan"
.P3 asli Kendal.
"Kalo gue mau bikin kelompok ngurut NRP, lu tau sendiri P4 kayak apa orang-orangnya.."
.Personil P4.

Semoga kita bisa terus beler-beleran gini ya sampai nanti udah pada gede, udah pada nikah, pada punya anak, sampai tua, sampai jadi kakek-nenek.

Tetep semangat ya :D
(ca)Asprak Penkom-nya, Kadiv Auditor Hagatri-nya, Kadiv Tim Kreatif Hagatri-nya, Kadiv Sponsorship AF-nya, Kabir Publikasi AF-nya, Wakil Ketua Himal-nya, BP Himal-nya, Ketua Fieldtrip Tinformers-nya, Ketua angatan Tinformers-nya, Bindes KM-nya, pulang-pergi setiap harinya, ngemodusnya #eh, megang BLDK tahun ini-nya..

Pokoknya tetep semangat lah ya di segala kerempongannya.
Semoga rempongnya berkah :)


Fadila, Yudhistira Chandra Bayu, Ari Adinugraha

F34110025, F34110024, F34110023

Kamis, 13 Juni 2013

Mungkin

"Dil, lu ngerti materi ini ga?"
"Heumm, ngerti deh kayaknya"
"Kok ngerti sih?"
"Dosennya ngejelasin kok"
"Rajin amat lu merhatiin dosennya, gue aja enggak.."

Mungkin jika salah satu atau kedua orang tua lu dosen, maka lu akan berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk ga memerhatikan ketika dosen ngajar.

Mungkin jika tujuan lu kuliah ini bukan semata-mata nilai di transkrip IP, maka lu akan berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk ga memerhatikan ketika dosen mengajar..

Mungkin ketika lu ingat bahwa ilmu yang bermanfaat itu merupakan perkara yang tak habis ketika dihadapkan dengan maut sekalipun, maka lu akan berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk ga memerhatikan ketika dosen mengajar..

Atau mungkin pemikiran sederhana gue yang terlalu idealis?


Tambahan :
Somehow gue suka mikir, kok ada ya yang prinsip ujiannya adalah 'datang-kerjakan-lupakan'?
Somehow gue berasa minoritas kalau inget seberapa banyak orang yang memegang prinsip itu
Setidaknya, yang mayoritas belum tentu benar

Jumat, 07 Juni 2013

Untitled

"Perempuan suka es krim dan cokelat, tapi lebih suka kepastian"

"Karena cinta membuat pagimu selalu baru"


.Sujiwo Tejo.