Senin, 28 Desember 2015

Peta

Suatu hari di masa yang lampau, kau pernah menunjukkan padaku sebuah peta. Peta rencana perjalananmu, lengkap dengan peristirahatan-peristirahatan selama perjalanan. Bahkan mungkin kamu tak sadar pernah memberikan salinannya padaku.

Seseorang pernah berkata bahwa orang-orang dengan tujuan yang sama akan bertemu di perjalanan. Maka dari itu aku mencoba menelusuri jejakmu, mengikuti rutemu.

Namun aku tak kunjung menemukanmu.
Apakah kamu sudah jauh di depan?
Ataukah masih tertinggal di belakang?
Tapi rasa-rasanya aku sudah menjadwalkan perjalananku agar sesuai dengan jadwalmu.

Tak kunjung menemukanmu,
Hingga akhirnya aku mulai menikmati rute ini,
Rute ini indah.

Pemandangannya indah,
Lokasi persinggahannya indah,
Tempat-tempat yang dijadikan titik peristirahatannya indah,
Pilihan jalan di tiap-tiap persimpangannya juga indah.

Hingga akhirnya aku menikmati rute ini,
Lalu sedikit banyak mengubah petaku,
Menyisipkan beberapa lokasi peristirahatan yang sama dengan peristirahatanmu,
Menjadwalkan singgah di tempat-tempat persinggahanmu,
Dan mencatut beberapa pilihan jalan yang kau pilih.

Meski pada akhirnya aku menikmati rute ini,
Tapi,
Mengharapkan berpapasan denganmu,
Masih boleh kah?

Atau sesungguhnya ada orang-orang yang memang ditakdirkan untuk tidak pernah bertemu,
Meski melalui jalan yang sama?

Selasa, 15 Desember 2015

#MatahariAkar [Autumn in Tokyo (dan Sekitarnya)]

Berhubung gue ga punya instagram, maka dari itu gue mau mengepost foto-foto gue di sini.

Sesungguhnya suka ada yang nanya juga, meragukan apakah gue benar sedang ada di Jepang atau enggak karena ga ngepost foto-foto selama di Jepang di FB (gue ga punya instagram). Sebenarnya, somehow gue takut, takut ada yang bilang sombong lah, takut malah dirasa spamming lah, takut ada yang pengen banget ke Jepang tapi belum dikasih rezeki untuk ke sini lah, dan takut-takut yang lain. Akhirnya gue memutuskan untuk mengepost di sini saja sebagai mupaya menjaga hati-hati yang harus dijaga karena orang-orang yang mampir ke sini bisa dikatagorikan sebagai orang-orang di lingkaran dalam gue yang ingin tahu gue sedang apa, sedang mikirin apa, sedang sehat atau enggak, sedang galau atau enggak, dan sedang-sedang yang lain.

Ketika mengetik ini gue baru sadar bahwa yang terjadi di paragraf atas ini adalah benar. Untuk orang-orang yang search something randomly dan menemukan blog gue, itu lain kasus, hehe..
Terima kasih ya karena sudah mampir :)
Terima kasih karena sudah peduli :'

Tiba di Jepang pada awal Oktober membuat gue dapat menyaksikan daun yang berubah warna menjadi oranye/merah/kuning karena autumn. Bagi makhluk tropis seperti gue, ini adalah pengalaman pertama. Every first do always special.
:)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang masih berani kamu dustakan, Dil?

Momiji merah @Kuil di puncak Mt. Mitake
Pekan pertama gue di sini, program exchange gue mengadakan fieldtrip ke Mt. Mitake. Judul di announcement-nya sih hiking, gue udah siap-siap aja. Eh tapi ternyata kami naik cable car sampai puncak gunung. Asoy beneeer~

Selama naik cable car gue merasa keren *emang dasarnya aja belom pernah naik yang kayak gitu*. Ada sejalur bagian gunung yang pohon-pohonnya ditebangin biar dapat dipasang tiang pancang dan instalasi cable car. Naik gunung jadi tak terasa. Keren lah.

Setelah sampai atas, kami masih jalan kaki lagi sedikit menuju penginapan untuk selanjutnya naik lebih jauh menuju puncak gunung. Di puncak gunungnya ada kuil dan di halaman kuilnya ada pohon momiji.

Salah satu hal yang amazing adalah di puncak gunung itu ada vending machine. Bagi gue yang ketika itu baru sepekan menjejakkan kaki di Jepang, itu menjadi hal yang amazing.


@Tepi jalan raya di depan dorm

Ku tak masalah bila terkena hujan, tapi aku takut kamu kedinginan #sepatu
Foto ini diambil di jalan raya di depan dorm. Ceritanya pada hari itu gue mau ke supermarket untuk ngeborong membeli sesuatu. Ramalan cuaca berkata bahwa hari itu hujan, maka dari itu gue tidak membawa Si Merah dan memutuskan berjalan kaki. Actually hari itu memang hujan sih, lebih tepatnya adalah gerimis gatel *istilah apa ini*. Tapi untuk standar orang Bogor, segitu belum layak disebut hujan.
-____-

@Fuchu no Mori Kouen

Jerapan naik jerapah

Sok-sok ide foto, padahal belum masuk ke dalam museumnya
Setengah jongkok, yang penting bahagia (side story, jadi inget penyiksaan setengah bending jalan dahulu, haha)
Kouen itu artinya taman. Foto ini diambil masih di hari yang sama dengan foto di atas. Gue perlu melewati kouen ini untuk menuju supermarket yang dituju.

Tentang jerapah, itu gue ga naik kok, suer deh, hanya beberapa anak tangga itu doang untuk keperluan foto-foto, setelahnya turun lagi. Selain perosotan jerapah itu masih banyak mainan anak-anak yang lain seperti jungkat-jungkit, box pasir, monkey bar, dan flying fox mini. Kayaknya bahagia deh jadi orang tua dari anak kecil di Jepang. Kalau mau nyari hiburan untuk anak, ga perlu ke mall, ke kouen terdekat juga cukup.

@Edo-Tokyo Tatemono Museum
Mamah, daunnya oren!!
Tatemono itu artinya gedung. Sesuai dengan judul museumnya, Edo-Tokyo Tatemono Museum adalah museum yang isinya kedung-gedung di jaman Edo (Tokyo jaman dahulu). Bangunan di sisi timur museum merupakan representasi bangunan di daerah timur Edo dan bangunan di sisi barat menggambarkan bangunan di bagian barat Edo. Kompleks museumnya luaaaaaaaaaas banget~

Gue ke museum ini dalam rangka fieldtrip mata kuliah Japanese Culture bab rumah tradisional Jepang. Lokasi gedung ini di dekat kampus TUAT Koganei.

@Kampus Fuchu
Foto ini diambil oleh salah seorang teman exchange gue yang multitalented. Dia jago nyanyi, bisa masak, dan hasil fotonya kece kalau jadi fotografer. Photo credit, Hyunh Tan Loc asal Vietnam.


@Koganei Park

Setengah kuning, setengah hijau
Actually, Edo-Tokyo Tatemono Museum terletak di Koganei Park. Tapi kali ini gue hanya ke Koganei Park-nya saja bersama teman-teman PPI kelurahan Fuchu-Koganei dalam rangka momiji-an. Meskipun pada akhirnya kami ga menemukan momiji dan malah menemukan ginko. Photo credit, Mbak Indri.


@Asakusa Shrine, background Tokyo Skytree
Meskipun tidak ada daun warna oranye/kuning/merah, ini gue tambahkan bonus foto. Foto diambil oleh Mbak Indri (lagi) di Asakusa Shrine. Bangunan yang menjulang tinggi jauh di belakang itu adalah Tokyo Skytree. Mayan lah udah punya foto bareng meskipun belum sempet datang ke sana.

Untuk semua hal ini,
Alhamdulillaahirabbil'alamiin
:')

Sabtu, 12 Desember 2015

#MatahariAkar [Si Merah]

Perkenalkan, ini adalah salah satu sahabat baik gue selama di Jepang..
Si Merah

Si Merah ini adalah sepeda warna merah *ya iyalah merah* yang gue beli pada hari kesepuluh gue di Jepang.

Jadi ceritanya, kampus tempat gue exchange ini terletak di dua lokasi pada dua kelurahan berbeda. Kalau mengacu pada gmaps, jarak antara kedua kampus ini sekitar 5 hingga 6 km. Lokasi asrama gue adalah International House di salah satu kampus, sedangkan lokasi perkuliahan program exchange yang gue ikuti ini tersebar di kedua kampus sehingga gue perlu bolak-balik dalam sepekan di antara kedua kampus tersebut.

Ada beberapa rute untuk menuju kampus yang satunya lagi. Rute pertama adalah rute paling konvensional dan paling sedikit jalan kaki yaitu naik bis disambung kereta dan menghabiskan ongkos sebesar 340 yen. Bolak-balik jadi 680 yen. Berhubung pada 10 hari pertama kedatangan gue ke Jepang satu-satunya rute yang gue tau adalah rute ini, maka rasanya beraaaaat sekali untuk ngeluarin ongkos ke kampus sebanyak 3-4 kali per minggu.

Mungkin sudah pada khatam ya bahwa di Jepang itu pada pakai sepeda ke mana-mana, maka dari itu gue bertekad untuk punya sepeda selama di sini. Pertama-tama, gue bertanya ke Teh Usi perihal ada atau tidaknya sepeda warisan untuk anak program exchange gue ini. Ternyata sesungguhnya terdapat tiga buah sepeda warisan tapi yang masih layak pakai tinggal sebuah. Dua buah lainnya, kata Teh Usi, nasibnya sudah menyedihkan, harus diganti beberapa bagian vital seperti ban dan itu agak mahal, haha.

Harga ganti ban ga beda jauh dengan harga sepeda second hand yang biasa-biasa aja. Harga sepeda second hand yang agak bagus ga beda jauh dengan sepeda baru yang biasa-biasa aja. Nah gue jadi makin galau kan.

Akhirnya gue bertekad mendatangi beberapa toko sepeda (baru dan second hand) di sekitaran kampus jauh dan kampus dekat *istilah macam apa ini* demi menemukan sepeda tambatan hati dan finally berhasil menemukan Si Merah ini dengan harga yang cukup miring. Hal menakjubkannya adalah doi masih baru, coy. Ya gue beli lah akhirnya. Gue naksir sejak pandangan pertama. Salah satu alasan mengapa gue bisa naksir dia pada pandangan pertama adalah karena warna fakultas gue di IPB adalah warna merah.

Harga Si Merah ini sudah balik modal dengan 11 kali bolak-balik ke kampus yang jauh naik bis dan disambung kereta.
Alhamdulillah~

Berbicara mengenai sepeda, sepedahan di Jepang itu ada aturannya tersendiri, coy. Di pekan pertama gue di Jepang isinya adalah guidance dan mengurus administrasi doang. Sepeda dengan sangat mudah disimpulkan merupakan hal yang urgent karena ada setengah hari tersendiri yang isinya full membahas mengenai sepeda.

Berikut ini gue sampaikan peraturan-peraturan bersepeda di Jepang, mana tau ada yang dapat rejeki bisa ke sini.

Pada dasarnya sepeda harus berada di jalan utama, di sisi kiri jalan (Jepang kan mengemudinya di sisi kiri, kayak Indonesia). Tapi sepeda boleh berada di trotoar dengan beberapa kondisi yakni jika ada rambu bergambar orang dan sepeda, pengemudi di bawah 13 tahun atau di atas 70 tahun, dan tergantung keadaan jalan raya. Berhubung jalan raya yang gue lewati seminggu 3 kali ini besar banget, gue selalu berkendara di trotoar.

Kita ga boleh naik sepeda ketika mabok. Ya iyalah --"
Sensei yang menjelaskan hal ini sempat menanyakan apakah ada di antara mahasiswa yang tertukar ini yang suka minum-minum atau enggak. Dan ternyata ada, haha. Sensei said that,
"If you go to the party, you may this *memeragakan orang naik sepeda*. But after the party, you have to this *memeragakan orang menuntun sepeda*"
Haha.

Sepedahan di Jepang ga boleh boncengan. Tapi gue pernah beberapa kali melihat orang pacaran yang boncengan, meskipun ga di jalan raya sih. Biasanya kalau ada pasangan yang satu sepedahan dan yang satunya enggak, yang sepedahan itu akan menuntun sepedanya dan jalan berduaan sama pacarnya, haha, so sweet yah. Sepedehan itu hanya boleh membonceng anak di bawah 6 tahun.

Actually, sepedahan di Jepang itu ga boleh sejajar karena itu menuh-menuhin jalan dan mengganggu orang. Jalan kaki juga gaboleh sejajar kayak boyband gitu. Jalannya harus satu-satu biar ga menuhin trotoar dan mengganggu pengguna jalan lain. Ya memang logisnya harusnya seperti itu sih.

Kalau malam hari naik sepeda harus menyalakan lampu. Kita juga ga boleh parkir sembarangan. Ya iyalah --"
Kalau parkir sembarangan, bisa-bisa dirapihin sama petugas, sepedanya disita, dan harus bayar untuk ngambilnya lagi.

Ga boleh naik sepeda sambil teleponan, sambil dengerin earphone, dan sambil pakai payung karena konsentrasi kita ga full ke arah jalan. Bisa kena denda, broh. Ya harusnya memang begitu sih. Bahkan naik sepeda ketika hujan itu sangat tidak disarankan dan lebih baik pakai jas hujan kalau tetap nekat mau sepedahan ketika hujan.

Di setiap persimpangan diharapkan berhenti dan liat di cermin. Di Jepang ini jalan-jalan tikus itu banyak dilewati sepeda *kan soalnya sepeda ukurannya ramping*, makanya almost di tiap persimpangan ada cermin cembung dengan sudut 45 derajat buat menginfokan keadaan di balik belokan.

Trus, prioritas tertinggi pengguna jalan di Jepang adalah pejalan kaki. Pesepeda ga boleh membunyikan bel ke pejalan kaki. Serunya lagi, prioritas ini disusul oleh pesepeda, baru deh kendaraan bermesin. Kalau misal mau menyeberang jalan dan ada mobil, mobilnya akan memberi kesempatan ke pesepeda dulu. Asik kaaaan~

Priotas lainnya adalah yang jalan lurus itu lebih diprioritaskan daripada yang jalannya belok. Misal ada trotoar dan tetiba ada gang di sisi trotoar. Nah, ketika gue mau melewati gang tersebut lalu ada mobil yang mau keluar dari gang, maka gue akan dapat prioritas duluan karena track trotoarnya lurus.

Ya begitulah~
Masih ada hampir 10 bulan lagi untuk bersenang-senang dan mengitari daerah tempat tinggal gue bareng Si Merah. Semoga dia masih baik-baik saja keadaannya hingga tahun depan dan dapat gue wariskan dengan layak ke anak STEP berikutnya. Semoga ada yang dari IPB dan gue kenal orangnya. Aamiin.
:)