Sabtu, 30 Agustus 2014

Pleiades

Reblog from Pleiades :
BERPAPASAN
Nyatanya, berpapasan itu selalu rumit untuk dirancang. Kau perlu mengukur waktu dan laju supaya bertemu dalam satu titik dari jarak tempuh sekian dan sekian. Kau perlu menyesuaikan waktu mulaimu dan lajumu dengan waktu mulainya dan lajunya. Sedemikian rinci, sedemikian detail. Hingga yakin olehmu, bahwa jarak yang akan mempertemukan kau dan nya adalah sekian dan sekian. Pada jarak ini juga batas waktu itu.

Namun cantik, sejatinya kau tak akan pernah mampu untuk memastikan itu. Memastikan bahwa ia akan mampu berpapasan denganmu dengan waktu mulai dan laju sekian. Memastikan bahwa saat kau menyesuaikan waktu mulaimu dan lajumu itu kemudian berhenti sejenak untuk menunggunya atau mempercepat laju untuk mengejarnya, kau akan mampu berpapasan. Tidak cantik, tidak. Kau tidak akan pernah mampu untuk melakukan itu. Tidak akan pernah mampu.

Yang kau lakukan hanyalah membuat lajumu terbatasi, terlalu memperlambat, mempercepat, berkejaran, bersusah payah menyesuaikan, hingga fokusmu tak lagi atas laju hidupmu, tapi lajunya! Lajunyalah yang begitu mengubah hidupmu. Menjadi berbelok-belok, berliku-liku, menanjak, menurun, dan serangkaian jalan yang rela kau lakoni demi berpapasan dengannya. Hingga kau berasumsi bahwa ia juga merasakan kelokan yang sama, likuan yang sama, tanjakan yang sama dan turunan yang sama dengan yang kau lakoni, supaya dinamis bersama-sama. Benarkah?

Duhai cantik, tidakkah kau lelah dengan menggantungkan hidupmu pada laju orang lain? Kau menjadi seorang yang berjalan dalam arah ketidakpastian. Orientasi lajumu sudah berubah. Tidakkah kau ingat bahwa ada kendali yang lebih mengerti jarakmu? Kendali yang lebih sanggup memapaskanmu dengan yang tepat? Kendali yang lebih perlu dipapaskan jarak, waktu dan laju olehmu. Kendali yang lebih mengerti kapan waktu mulaimu, berapa laju yang kau perlukan dan jarak mana saat kau berpapasan.

Kendali itu akan tahu, kapan kau siap memulai dan dengan siapa kau berpapasan.

Ia, boleh saja datang dan berpapasan denganmu pada batas waktu, tapi itu bukan jaminan bahwa keputusan yang terambil (nanti) membuatmu dan nya berjalan beriring. Cantik, bukankah akan selalu ada pertemuan-pertemuan pendahuluan, sebelum akhirnya kita menyusun kesimpulan dan membuat jarak baru dengan waktu yang lebih tepat? Pertemuan-pertemuan yang membuat kita belajar, bahwa hal yang tidak tersampaikan akan lebih sempurna saat waktu dan jaraknya dirancang dengan apa yang teringinkan oleh kendali, atas laju sekian dan sekian.

Jadi, saat ada orang yang menjanjikanmu berpapasan, tegakah kau menyalip kendali? (Kendali) Yang menjanjikan berpapasan lebih indah dan berkah, sebagai hadiah atas kesabaranmu mengayuh, menjaga yang tidak tersampaikan..

Another reblog, from Pleiades :
1) Ada dua arus sungai yang bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Itu namanya KESAMAAN
2) Ada jua panas menggelegak bertemu dingin membekukan; menjadi hangat yang syahdu. Itu KESEIMBANGAN
3) Ada lautan yang teduh nan berjumpa angin berderu; menjadi badai yang dahsyat. Itu PERPADUAN.
.Salim A Fillah, dari Anis Matta.

Semena-mena memanggilmu Pleiades,
Boleh kan?
:D

Sabtu, 23 Agustus 2014

I'm a Five Days Worker [Ke Depannya]

Sejujurnya gue masih galau ke depannya mau jadi apa. Apakah akan jadi dosen? Jadi pengusaha? Atau pegawai swasta? Yang jelas, gue akan tetap membesarkan anak gue sebaik mungkin.

Ada banyak hal yang membuat gue benar-benar serius memikirkan hal ini. Salah satu ceritanya, beberapa waktu sebelum gue berangkat PL itu ada seorang kerabat yang berpulang ke rahmatullah. Beliau adalah bapak dengan seorang istri dan tiga orang anak. Sang istri itu dahulu berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya menengah ke atas dan setelah menikahpun keadaan ekonomi keluarganya baik-baik saja (meski tidak semapan ketika bersama orang tuanya dahulu) sehingga sang istri belum pernah bekerja apapun sebelumnya.

Hal yang menjadi bahan pemikiran gue adalah kelak sang istri itu akan menafkahi keluarganya seperti apa? Beliau belum pernah bekerja apapun sebelumnya karena kehidupan yang ramah kepadanya dahulu memungkinkannya untuk tidak perlu bekerja.

Itu membuat gue merasa perlu bekerja selepas S1. Prepare for the worst. Setidaknya gue punya modal pernah bekerja. Gue yang dibentuk sebagai anak pertama, yang hampir ga bi[a]sa bergantung pada siapapun, membuat gue selalu terlalu perfeksionis untuk banyak hal, termasuk kehidupan di masa depan. Terlepas dari kelak gue akan diizinkan bekerja oleh suami gue atau enggak.

Di samping itu, selama PL ini gue sering mengobrol dengan orang HR dan terdapat sebuah dilema untuk meng-hire seorang lulusan S2 yang belum memiliki pengalaman bekerja sebelumnya. Di satu sisi ada standard gaji minimal yang berbeda antara seorang freshgrad S1 dan seorang lulusan S2, di sisi lain sang lulusan S2 tersebut belum memiliki pengalaman bekerja apapun sehingga kinerjanya belum diketahui.

Jadi rencana gue ke depannya adalah gue akan lulus S1 TIN tahun depan *aamiin* *terlepas mau ke KM atau enggak #eh*, lalu dilanjutkan dengan bekerja selama 1 hingga 2 tahun. Selanjutnya gue akan kuliah S2 selama 2 tahun. Tidak masalah ketika gue harus resign dari pekerjaan gue untuk kuliah S2. Ini semata-mata gue lakukan untuk 'menenangkan diri' akan kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan. Setidaknya gue punya bekal, juga masih punya waktu ekstra 4 tahun untuk benar-benar memantapkan gue sebenarnya mau jadi apa.

Semisal gue akhirnya jadi dosen, waktu gue terbuang 2 tahun karena sempat kerja dulu. It's okay. Mungkin justru someday gue bisa share ke mahasiswa gue tentang pengalaman ketika gue kerja. Semisal gue ga jadi dosen, ga pernah ada yang salah dengan mencari ilmu kan? Kalau kata Rasulullah mah,
Siapa saja yang melangkahkan kakinya guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan langkahnya menuju surga.
Surga kok imbalannya..
:)

Trus nikahnya kapan, Dil? *ini pertanyaan favorit temen-temen Smansa gue ketika ngumpul*
Hari sabtu,
Atau enggak Minggu.
Soalnya kalau weekdays ribet.
*itu jawaban yang gue lontarkan sambil nyengir*

Nikahnya Insya Allah di salah satu hari Sabtu/Minggu dalam rentang 5 tahun ke depan.
:)

Gue sadar,
Seringkali gue memang harus diciprati air dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk berenang.
Seringkali gue memang harus dicemplungin dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk menyelam.
Seringkali gue memang harus dipaksa dulu sebelum akhirnya melakukan sesuatu.
Seringkali gue memang harus ditawarkan dulu sebelum akhirnya memilih.
Seringkali gue memang lebih memilih untuk dipilihkan sebelum akhirnya benar-benar mengerjakan hal yang dipilihkan itu.

Kalau ada yang berkata gue ga bisa nolak, gue rasa itu ada (banyak) benarnya.

Kalau ada yang berkata gue ga bisa milih, itu salah..
Actually pilihan besar gue ada tiga,
Menjadi sebaik-baik manusia,
Menjadi sebaik-baik perhiasan dunia, dan
Menjadi sebaik-baik madrasah

Sehingga pada akhirnya, pilihan apapun yang diberikan dan tawaran apapun yang diajukan, kemungkinan besar akan gue iya-kan selama tidak melenceng dari 3 pilihan besar gue itu.

Termasuk untuk pilihan kali ini. Gue rasa seluruh alternatif keputusan gue di atas tidak melenceng dari ketiga tujuan besar hidup gue.

Semoga segera ditunjukkan jalan.
:)
#SalamGalau

Sabtu, 16 Agustus 2014

Bego Time

I have something named 'Bego Time'. Ini adalah istilah yang digunakan ketika gue sedang nge-bego, bersama..
Tetangga kamar gue di rumah

Gue dan adik gue *iya, gue tau kok, gue memang lebih item*

Dulu pas masih kecil, gue dan dia kerjanya berantem melulu karena dia menyebalkan. Setelah dia SMA, setelah dia mulai mengerti pahit-manis kehidupan, dia menjadi lebih menyenangkan dan intensitas kami berantem sudah tidak sesering dahulu.

Gue dan adik gue ini sefrekuensi. Kami bisa ketawa bego untuk suatu hal dengan kadar kelucuan yang sama rendahnya, semisal mainin kucing. *Apa lucunya dari mainin kucing? Nah itu dia, kami bisa menertawakan hal yang ga lucu itu bareng-bareng*

Ada pintu penghubung antara kamar gue dan kamar dia. Aktivitas nge-bego paling #gagalpaham yang dilakukan oleh kami berdua akhir-akhir ini adalah sok-sok berasa di film 'Frozen', berdiri madesu di depan pintu itu sambil bernyanyi,
"Do you want to build a snowmaaan~?"

Ini ada sedikit kisah gue dan dia di Line..
Gue dikatain gobolok masa --" dasar kamu adik macam apa --"

Ada satu hal yang menyenangkan banget punya adik perempuan dengan beda 2 tahun 2,5 bulan. Ukuran badan yang ga beda jauh dan ukuran kaki yang cuma beda senomor, gue jadi berasa punya satu lemari baju tambahan dan selusin tambahan alas kaki.

Kejebak macet ke arah Bogor Kota *iya, rumah gue memang mepet kabupaten* di H1 Idul Fitri?
Ini kelakuan kami berdua..

Ibu : "Kenapa bibirnya harus banget miring (-___-")?"

Efek Kamera 360, hasil gambarnya jadi pencerminan

Sepupu : "Kak, harus banget pose ngupil (-___-")?"

Kacamata antibadai

Entah ini skenarionya sedang ngapain, sok-sok pundung sepertinya

Mangap; pose paling bullyable karena bentuk gue dan dia jadi beler banget

Kamis, 14 Agustus 2014

Berdamai

Pimnas dil?
Enggak
Salman yang lolos..
Puk puk dil
Udah kece kok ikut PKM mah

Gue udah sering kecewa, tapi itu gue rasa malah bikin gue strong, haha
..
..
Belajar memaafkan itu menarik, dan belajar meminta maaf itu suatu tantangan, haha
Tapi memaafkan ga serta merta membuat lupa
Ya, gue rasa gue ga pernah melupakan dil
Haha
Dan setahu gue, sejak setahun kemarin, sejak belajar dari kekecewaan yang ditimbulkan elu, gue belajar untuk memperbaiki diri, bukan melarikan diri
Udah setahun ini gue berusaha memperbaiki kisah-kisah yang gue akhiri dengan bad ending
Ternyata ya itu, manusia masih punya hati, haha
Thanks udah bikin gue belajar
Honestly, I am just trying to be your friend, again. Yeah. So blunt maybe
Sebagai ketua, mungkin lu akan membandingkan gue dengan ketua-ketua super di luar sana
Tapi mungkin sebagai teman, gue nggak akan bisa lu bandingkan
Sesering apapun gue berusaha menjauhi manusia, gue masih manusia dil. Gue masih butuh yang namanya temen manusia. Haha
Aduh. Kebiasaan kalo ngomong ama lu tu ya bawaannya jadi filosofis gue
Pret banget
Makasih atas damainya :)
Makasih karena sudah kembali menjadi bawel di depan gue, meski cuma di chat.
Di-bully di sepanjang sisa chat Jumat kemarin dan ngobrol panjang lebar mengenai filosofi kehidupan hingga hari ini masih jauh lebih melegakan daripada dikacangin selama satu setengah semester.

Ngobrol tentang filosofis, tentang individualis, tentang menjadi introvert, tentang anak pertama, tentang egois, tentang ambisius, tentang perfeksionis, tentang buku, tentang legenda kebudayaan kuno, tentang astronomi, dan tentang Siroh Nabawi sekaligus baru bisa gue temukan di satu orang kok.

Selamat kembali menjadi teman
:)

Kamis, 07 Agustus 2014

I'm a Five Days Worker [Jadi Kepikiran]

Semenjak gue PL di bagian RnD-Packaging, gue jadi sering memikirkan tentang sesuatu berbau kemasan hingga ke kondisi penyimpanan produk. Sedikit-banyak (banyak sih sebenarnya) gue setuju dengan bio salah seorang teman gue di account twitter-nya,
Packaging is partly art and partly science

Sekarang gue kalau ke supermarket jadi semakin alay. Gue bisa berdiri lamaaaa sambil memperhatikan beberapa produk khususnya susu bayi karena gue PL di pabrik susu bayi. Setiap kali memperhatikan susu, selalu ada mbak-mbak yang nanya,
"Bayi-nya berapa bulan, Bu?"
Haduuuuuuh..
Harusnya para SPG itu tau, pengamatan gue di supermarket dari sejak SMA memiliki kesimpulan bahwa hampir semua perempuan masih muda yang dipanggil 'Ibu' itu ga akan jadi beli produknya. Apapun itu. Di manapun itu.

Para SPG juga harusnya tau bahwa kalau ada orang mau belanja itu jangan diikutin. Susu untuk bayi di bawah 1 tahun itu harganya memang mahal, tapi tas gue ukurannya seutet, cuma muat dompet, tab, hape, payung, dan kunci motor doang kok. Ga bakal muat kalo mau ditambah dengan menyelundupkan susu bayi. Pengamatan gue dari SMA juga menyimpulan bahwa setengah calon pembeli yang diikuti melulu sama SPG itu ga akan jadi beli. Apapun itu. Di manapun itu. Karena risih diikutin kayak gitu.

Akhirnya tiap ditanya umur bayi, gue cuma akan bilang,
"Enggak kok, saya cuma sedang praktikum di sini.."
Bener kan gue? Praktikum lapang, hehe..

Paling alay sih ketika gue ke Lotte Mart (maaf ini bukan promosi) beberapa waktu lalu. Karena penjualan produknya secara curah maka produk itu masih pada berada di atas pallet untuk memudahkan pengangkutan (tinggal dibawa pake forklift ke kasir bersama pallet-pallet-nya, gitu). Ketika itu gue sempet-sempetnya berdiri di samping salah satu pallet yang isinya 10 layer kardus minyak goreng, memperhatikan pola interlock pada stacking dan instruksi penyimpanan minyak goreng yang ternyata cuma boleh 8 tumpukan saja.
Haha..
Ibu gue sampai geleng-geleng melihat anaknya jadi begini.

Meskipun gue sedang senang-senangnya dengan kemasan, tapi skripsi gue sangat besar kemungkinannya bukan membahas kemasan karena dosen pembimbing skripsi gue adalah avatar pengendali air #eh profesor spesialis penanganan limbah cair industri maksudnya. Iya, jadi nanti pas temen-temen gue bikin skripsi, gue akan main air. Yuhuuu~

Sebenarnya gue di sini mau ngomongin tentang iklan yang baru gue saksikan beberapa hari lalu. Aqua akan menghilangkan segel plastik di tutup botol kemasan PET. Bunyi iklannya sih begitu. Kenapa tadi jadi membahas susu bayi, SPG, dan pengendali air? Gue juga ga tau. Cara kerja pikiran gue memang semelompat-lompat itu, se-random itu.

Segel plastik, yang mana dah?
Yang ini lhoooo
Itu bahannya dari plastik PVC (polyvinyl chloride) kalo ga salah, trus ketika dipanaskan akan mengerut dan menempel ke arah botol.

Iklan yang gue liat menyatakan bahwa Aqua akan menghilangkan segel plastik itu. Mungkin dari sisi produsen sih bener juga, untuk apa memproduksi sesuatu yang jelas-jelas memang didesain untuk dibuang. Pasti bisa menghemat sangat banyak biaya produksi.

Tapi dari sisi konsumen, apa yang dapat meyakinkan kami bahwa produk itu baik-baik saja? Di iklan kemarin sih katanya "Produk akan berbunyi ketika tutup diputar". Didemonstrasikan pula. Bunyi tutup yang terbuka maksudnya, eummm, rada susah gue membahasamanusiakannya..
Kan soalnya ada segel juga di tutupnya, makanya bunyi pas dibuka

Tapi gimana kalau ada orang iseng yang memutar-mutar tutup dan ternyata terbuka? *soalnya gampang banget membuka tutup air mineral mah, beda dengan teh siap minum dalam botol PET, masih rada susah kalau itu*

Somehow, imho (in my humble opinion), orang Indonesia masih rada susah dikasih yang beginian, yang berurusan dengan jujur-jujuran. Mahasiswa yang katanya udah mengenyam pendidikan formal lebih dari 10 tahun aja nyatanya masih banyak yang suka ngutang di kantin jujur sekret LK. Misal nanti untuk kasus Aqua itu ada yang mengaku memutar tutup dan ternyata terbuka padahal tidak berniat beli, pasti dicap salah. Ga mengaku ketika ternyata membuka secara tak sengaja, lebih salah. Sekalinya menemukan yang ternyata sudah terbuka, pasti ga ada yang mau percaya bahwa dia ga salah.

Overall, gue yakin Aqua dan Danone sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi atas penghilangan segel plastik PVC ini. Mungkin awalnya akan terasa aneh Aqua tanpa segel plastik. Atau mungkin juga gue-nya aja yang kadang suka terlalu susah positive thinking sama yang seperti ini.

Tapi gue tetap suka dengan ide penghilangan segel plastik ini. Ini akan sangat-sangat mengurangi limbah plastik sepertinya.
#soktau

Kita cuma punya satu bumi.
Dan kalau kata slogan Smansa Day 2008 mah,
"We can't Spell Nature Without U"

Btw, tentang segel plastik, ada teman gue yang bisa membuka botol tanpa merusak segel plastik, namanya Imam. Ini blognya http://imamalitu.wordpress.com

Mahakarya Imam

Gue mencoba membuka tapi tak sesukses Imam, da apa atuh gue mah T__T

Mam, kemampuan langka lu akan segera sulit disalurkan sepertinya, haha.

Jumat, 01 Agustus 2014

Syuro' Today

"Karena kebaikan bukan untuk sendiri-sendiri"
.Mas'ul; Komti departemen di fakultas sebelah.

"Udah lama ga liqo, gue jadi semprul"
.Mas'ulah; 3 Besar mapres di fakultas sebelah.

Ketika mengetik ini, gue baru sadar bahwa fakultas kita bertiga sebelahan.
Hehehe..