Jumat, 30 Januari 2015

Sempruling Today [Baca: Menyemprul Hari Ini]

"Kalau elu-elu pada nikah, ga tau deh perasaan gue kayak gimana, apalagi kalau gue kenal calonnya. Mungkin gue bakal bilang, 'Gue tau lu pasti bisa, haha..'. Kalau gue ga kenal, mungkin gue akan bilang, 'Semangat ya..'. Tapi feeling gue mah gue kenal."
.Aa' (panggilan di rumah).

"Sebenernya, skripsi itu.. adalah.. perjuangan diri lu melawan diri lu"
.Teteh (panggilan di rumah).
Nah tuh, Dil, denger..

"Ternyata.. pelarian skripsi gue selama ini adalah kalian :')"
.Teteh (panggilan di rumah).

Ternyata, pelarian gue yang paling efektif dari rumah baru adalah kalian juga. Sedikit lebih efektif daripada lapangan, saf-banjar-jarak, dan tiang bendera.
:'

Untuk ayam broilernya *melirik sinis dengan tatapan jahat*, untuk air kelapanya, semangat ya. Titip tolong doakan juga untuk air bersih. Sepertinya kalian lebih shalih-shalihah ketimbang gue sehingga probabilitas terkabul akan lebih besar, hehe.
#Pilihan terakhir mungkin akan mencoba mencari hubungan antara plastik LDPE, daun kelapa, dan ketupat. *Ada yang mau bilang ga berkelas? Sok aja ketawa*

Anyway, sepanjang sisa sore ini, ada sebuah lagu yang terngiang-ngiang di kepala gue,
..
Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
..

Oiya,
Untuk kasus yang satu ini,
Bolehkah menitip doa agar gue tak perlu berlapang dada?
Terima kasih :)

Tak bosan-bosannya,
Sayang kalian,
Karena Allah
:')

Jumat, 23 Januari 2015

Literally

Rapat Upgrading
@Rumah baru
Koordinator TS kesayangan : Kalo ada yang nanti sakit, sama medis bakal dikasih pertolongan pertama kayak apa?
Capresma kesayangan : Kalo ada yang sakit? Gue tampar, Jal. Biar jangan lemah.

Latihan
@Rumah yang selalu bikin gagal move on
Purna muda : Hei, kamu! Coba tolong itu temannya ditampar aja sekali. Yang keras deh kalo perlu. Biar sadar di sini dia mau ngapain.


Kalau ada yang perlu ditampar,
Literally,
Sepertinya itu gue.

Biar jangan lemah
Biar sadar

Senin, 19 Januari 2015

Dua Hal

Hari ini angkatan gue lebaran, haha. Tugas makul terhoror di TIN sudah dilalui. Nama mata kuliahnya Perancangan Pabrik. Makul ini sadis abis. Makul Perancangan Pabrik ini adalah core competence dari seluruh jurusan TI di Indonesia sepertinya. Barangsiapa yang berminat masuk TI, haha, siapkan fisik dan mental dari awal.

Seiring dengan berakhirnya tugas tersebut, meskipun belum keluar transkrip, semester 7 gue sudah resmi berakhir. Dua hal yang sangat gue syukuri di semester 7 ini adalah,
Praktikan TPDT P1 Tincredible (TIN Angkatan 50)

Jejak Sepatu
Terima kasih atas banyak pelajaran semester ini. Sangat banyak, lebih tepatnya.
Semangat menjadi lebih baik.
:)
"Mungkin gue mapres, tapi gue ga punya temen-temen seperti yang lu punya, Win. Mungkin gue mapres, tapi gue ga bisa supel dan cepet akrab sama orang kayak lu, Dil.."
.Kaisar Akhir.
Salah satu pelajaran besar, 
Lu ga akan bisa mendapatkan seluruh hal yang lu inginkan dalam hidup.

Senin, 05 Januari 2015

Renungan di Hari Ulang Tahun

Hari ini salah seorang teman sebimbingan gue ulang tahun. Beliau termasuk dalam geng yang cukup gaul di angkatan gue. Gue tak menyalahkan perihal geng gaul atau apapun lah. Yang ingin gue bahas adalah bahwa teman-teman gue ini seringkali memberi perlakuan spesial bagi membernya yang berulang tahun.

Spesial dalam konteks apa?
Spesial dalam konteks dikerjain.
Beberapa kali sih disiram dengan ramuan entah apa.

Dari kecil, gue dibesarkan dengan nilai-nilai yang hingga kini gue bawa. Salah satunya adalah nilai bahwa tidak boleh membuang-buang makanan. Setiap ada hal seperti ini, gue selalu tidak tenang. Gue miris.

Ketika SD kelas 5, ketika teman-teman SD gue menganggap diri mereka cukup dewasa *'alay' mungkin lebih tepat, tapi jaman gue SD dulu belum ada kosakata yang dapat merepresentasikan 'alay' dengan tepat*, banyak dari mereka yang melakukan hal ini. Sejalan dengan nilai-nilai yang juga gue pegang yakni untuk mengingatkan apabila ada hal yang salah, gue mengingatkan. Dan hasilnya dimusuhi meski hanya beberapa hari. Haha. Mungkin karena mereka ketika itu sebenarnya masih kecil.

SMP juga gue melakukan hal yang sama, mengingatkan apabila ada kejadian serupa, dengan cara yang lebih elegan tentunya. Lagi-lagi tetap dimusuhi meski juga hanya beberapa hari. Mungkin karena juga belum cukup dewasa. Hingga akhirnya gue hanya mampu meyakini dalam hati bahwa hal ini salah.

SMA sepertinya juga sama. Beruntungnya, orang-orang yang melakukan hal itu adalah orang yang gue-hanya-sebatas-kenal-saja, lingkaran-lingkaran terdalam gue tidak melakukan hal itu. I'm very happy for that.

Kini di kuliah? Haha. Gue miris.
Apa yang sebenarnya sudah teman-teman gue itu pelajari selama 2,5 tahun di jurusan tempat gue kuliah ini? Teknologi Industri Pertanian. Bukankah seharusnya sudah sama-sama tahu bahwa bahan pangan itu berasal dari pertanian. Bukankah seharusnya sudah sama-sama tahu bahwa proses produksi dari suatu produk itu sangat panjang, menghabiskan banyak energi dan sumber daya. Mengapa masih bisa-bisanya membuang sumber daya itu untuk hal yang menurut gue sih tak penting?

Mau berargumen bahwa,
Merayakan ulang tahun adalah hal yang penting?
Iya, gue setuju. Tapi harus dengan berperilaku mubadzir seperti itu kah?

Mau berargumen bahwa,
Ya udah sih, yang beli kan gue ini..
Iya, gue tau. Tapi yang mengisi bumi kan bukan elu doang. Yang butuh sumber daya untuk hidup kan bukan elu doang.

Di tempat lain, dengan orang-orang lain, gue pernah juga melihat persiapan pembuatan perlakuan spesial ini. Komposisinya ramuannya asoi juga, segala ada mulai dari teh, kopi, minuman instan rasa buah, hingga terasi. Lengkap dengan telur dan tepung di akhir eksekusi. Gue hanya miris. Sayang sekali. Bukankah akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada orang yang membutuhkan?

Ditambah biji jangung yang sudah dipreteli, tepung dan air itu bisa jadi bakwan jagung. Serius gue.

Acara yang tidak mendidik di saluran TV Indonesia juga kelakuannya tidak berbeda nyata. Mungkin teman-teman gue mencontoh dari situ. Mungkin para public figure itu lupa bahwa perilaku mereka di layar kaca dapat menjadi pedang bermata dua, amal jariyah atau dosa jariyah. Tergantung kebermanfaatan dari hal yang dilakukan. Wallahu'alam bisshawab.

Innal mubadziriina kaanuu ikhwaanas syayaatiin.
Sesungguhnya orang-orang yang menyia-nyiakan hartanya adalah termasuk saudaranya syaitan.
Gue sih ogah --"
Naudzubillah..

Beruntung karena gue ulang tahun di tiap akhir tahun ajaran sehingga tidak ada yang membegitukan. Kalau sampai kejadian, mungkin sebalnya akan dua kali lipat. Sebal karena melihat bahan makanan yang terbuang, sekaligus sebal karena gue yang kena.

Haha
Mungkin gue yang terlalu banyak main sama anak SMA,
Terlalu idealis,
Terlalu polos,
Terlalu menganggap bahwa dunia seharusnya memiliki tatanan yang ideal.
Padahal lupa bahwa bab 'Fluida Ideal' di buku Fisika SMA saja sudah dimisalkan dengan terlalu banyak asumsi agar dapat menyentuh kata ideal.

Maaf jika tulisan ini dirasa terlalu offensif, gue hanya kelewat geregetan. Gue hanya berasa sedang berada pada selemah-lemahnya iman sepanjang sore tadi. Hanya sanggup meyakini bahwa itu salah. Tanpa berani menegur dengan lisan. Boro-boro bertindak.

Cupu lu, Dil.
Sama manusia aja masih takut.


Gue setuju bahwa tempat pertama yang harus kita mintakan fatwa adalah hati, dan hati gue berkata itu tidak benar. Gue juga masih meyakini bahwa apa yang seluruh dunia lakukan tidak serta merta membuat perilaku tersebut menjadi benar.

Ya Allah,
Semoga untuk ke depannya,
Selalu diberi kehalusan hati untuk menyadari,
Bahwa yang benar itu benar,
dan yang salah itu salah
Aamiin
:)

Kamis, 01 Januari 2015

Naik Kelas

Gue pernah menemukan kata-kata bahwa intinya adalah kita akan terus-menerus diuji dengan suatu hal sampai benar-benar lulus. Kalau kita masih diuji di situ-situ saja, bisa jadi kita sebenarnya memang belum benar-benar layak untuk lulus. Mungkin selama ini gue sudah pernah lulus banyak hal, atau mungkin justru belum? Wallahu'alam. Tapi ada satu hal yang sepertinya gue sudah dapat dikatagorikan lulus.

Ketika awal masuk asrama, lebih dari 3 tahun lalu, pernah suatu hari gue berlari dari kamar gue di lantai 3 menuju lantai 6 untuk mengambil jemuran karena hari mulai gerimis. Ketika turun  dari lantai 6, gue bertemu dengan  salah seorang teman matrikulasi and she said,
"Eh ini Dila? Lu lebih cantik ga pake kerudung lho padahal."
Jeng jeeeeeeeng.
Gue cuma terdiam.
Wanita mana yang tidak meleleh dibilang cantik?

Untuk orang yang baru sebulan berjilbab, celetukan ringan itu cukup menjadi bahan pikiran berhari-hari. Serius deh. Iya, gue tau, pake jilbab itu memang wajib. Ini mah memang dasar guenya aja yang, yaaaaaah, gitu lah.

Gue ga pernah benar-benar sadar dalam 3 tahun ini ada berapa kali celetukan seperti itu. Sepertinya memang tidak ada lagi. Atau mungkin ada tapi gue tidak memerhatikan? Ah entahlah.

Hingga pada makrab BEM Fateta lalu, gue melepas jilbab ketika berada di lantai 2 vila (di lantai 2 isinya memang perempuan semua). Ketika sedang antre toilet (karena cuma ada satu-satunya di lantai 2), ada seorang adik gue di BEM (iya, perempuan kok) yang berujar mirip dengan teman matrikulasi gue lebih dari 3 tahun lalu,
"Ih, Kak Dila cantik lho ga pake kerudung.."
Dengan setengah sadar, gue menjawab,
"Alhamdulillah. Makasiiiiiih *ekspresi unyu* kamu juga cantik kok.."
Udah ga galau dan uring-uringan ternyata gue..
Masih sambil antre, lalu gue berpikir, hingga pada akhirnya jadilah tulisan ini.

Ada yang mau bilang ga penting?
Sok.