Hari ke-1-2 fieldtrip ini 'masih' di Pulau Jawa. Niat awal panitia sih hari ke-1 akan ada 2 industri di Jawa Barat, hari ke-2 ada 2 industri di Jawa Tengah, dan hari ke-3 ada 2 Industri di Jawa Timur. Apa daya takdir berkata lain.
Tadinya mau ke Goodyear di Bogor (letaknya di belakang GOR Pajajaran bagi yang ga tau :p), udah pake 2 'orang dalam' tetep aja ga tembus. Yudhis udah 2 kali nekat ke sono, tetep aja diusir satpam. Yaudah lah ya, memang belum rejeki kayaknya. Sempet juga mencari alternatif ke Multistrada tapi di minggu itu udah ada kunjungan ternyata.
Kenapa mau ke pabrik karet? Karena sasaran yang dituju awalnya adalah pengolahan limbahnya, ya secara bau pabrik karet katanya ya begitu lah ya.
Selama fieldtrip ini gue ga kepikiran sama sekali untuk bawa SLR. Di kepala gue udah ga ada tempat sama sekali untuk SLR. Ditambah juga banyak industri yang ga mengizinkan bawa kamera ke dalam ruang prosesnya. Jadinya ya udah lah ya..
Selama fieldtrip ini panitia menyewa 3 HT (handy talkie) untuk keperluan komunikasi di perjalanan. Tiap bis terdapat sebuah HT. PJ HT resmi bis 2 adalah gue, bis 1 ada Yudhis, dan bis 3 ada Bagas.
Oke, cukup pengantarnya.
Lets start!!
Hari ke-1
Jarkom angkatan yang beredar adalah kumpul di ATM Center jam 7 pagi dan berangkat jam 8 (padahal di rundown panitia resmi mah jam 9 kok, hehe). Apa daya hari hujan. Tapi justru hujan pagi hari itu yang membawa keseruan tersendiri.
Ada yang mendadak jadi pengojek payung untuk memayungi teman yang kehujanan. Ada yang nyarter angkot dari kosan padahal cuma bertiga doang. Ada lagi malah yang nyarter angkot juga padahal cuma berdua doang tapi seluruh barangnya menuhin angkot. Yang orang Bogor dengan cerdasnya udah pada nyari teman searah yang akan ke kampus pake mobil dan nebeng. Ada sekontrakan yang pada mengangsur koper naik motor ke tempat berkumpul, sedangkan orangnya pada jalan kaki. Ada yang minta dianterin temen kosan, dianter temen asrama, dianter tetangga kontrakaan. Macem-macem lah, dan aneh-aneh kelakuannya.
Akhirnya bis berangkat setelah semua pasukan muncul dengan komplit, sedikit briefing, dan ga ada keterlambatan yang berarti.
:D
Sesungguhnya perasaan gue udah ga enak aja pas penentuan PJ HT beberapa hari sebelum berangkat di rapat panitia yang terakhir, dan kecurigaan gue terbukti. Baru mulai jalan, HT gue udah bunyi aja..
Kampret 1, kampret 2, ini kampret 3 mau masuk..
Kampret emang --"
Pasti itu kelakuan Bagas.
Kuatkan dirimu, Dil, selama 8 hari ke depannya nasib lu akan seperti itu.
Industri pertama adalah Tirta Marta. Di rapat panitia gue sempat mengira Tirta Marta ini pabrik air minum karena ada tirta-tirtanya gitu. Kalau sampai ini beneran pabrik air minum dan laku, gue bakal bikin pabrik juga di kaki Gunung Salak di deket rumah. Itu sumber bahan baku deket banget, ongkos transportnya pasti kecil.
Dan gue salah
Tirta Marta ternyata pabrik plastik
Okesip, gajadi gue bikin pabrik air minum di kaki Gunung Salak
Gue ga sendiri, ternyata Novi juga awalnya menyangka itu perusahaan air minum, haha.
Okesip.
Paragraf di atas itu bisa diskip aja sesungguhnya.
Tirta Marta ini merupakan industri mengenai flexible packaging dan 10 tahun terakhir berfokus ke plastik ramah lingkungan. Pernah lihat plastik-plastik yang mengklaim bisa hancur dengan sendirinya? Nah itu diproduksi di Tirta Marta.
Dua jenis plastik yang diproduksi adalah Ecoplas dan Oxium dengan karakteristiknya masing-masing. Maaf-maaf nih ya gue di sini bakal lebih banyak membahas yang beler-belernya aja selama perjalaan, karena yang seriusnya udah jadi jatah LPJ, hehe.
Beberapa area pabrik yang dikunjungi adalah guest area, extru area, printing area, dan converting area.
*ini nama-namanya gue bisa tau dari surat balasan Tirta Marta ke panitia
Di extru area, bijih plastik dimasukkan ke dalam mesin lalu ditiup lantas digulung menjadi lembaran plastik. Penggulugan melewati banyak sekali roll dengan tujuan agar tidak ada kerut sama sekali di lembaran plastiknya.
Ada salah satu mesin yang bertuliskan 'KAO', itu maksudnya plastik untuk pabrik KAO. Pemandu di kelompok gue bilang bahwa plastik itu akan dipakai untuk membuat pembalut. Karena posisi gue sangat dekat dengan gulungan plastik, dengan isengnya gue pegang, dan benar, haha, itu untuk pembalut. Ternyata ada beberapa yang melihat dan lantas kepo.
Linda : Mbak Dil, itu plastiknya untuk pembalut?
Gue : Iya, Mbak Lin..
Linda : Di bagian mananya?
Erin : *ikut memegang plastik* Itu lho yang nempel ke celana..
Tanpa disadari ternyata ada Ian dan Hanif yang mengamati percakapan absurd mengenai pembalut itu dan malu sediri lantas mengalihkan pandangan dari plastik komponen pembalut itu, hehe.
Di printing area, sesuai namanya, di sini plastik-plastik yang tadi sudah tergulung akan diprint dan diberi warna. Dicetak satu demi satu warnanya. Kalau ada 5 warna ya berarti gulungan plastik akan melewati 5 spot pewarnaan.
Ada pojok seperti mading yang isinya plastik-plastik reject karena kesalahan di bagian printing. Salah satunya ada plastik bertuliskan Charm, *lagi-lagi pembalut*. Kebeleran kembali terjadi..
Mbak Yo : Ini reject, Dil? Kenapa?
Gue : Heumm, di keterangannya ini katanya printingnya ada yang blur.
Mbak Yo : Di mana blur-nya?
Linda : *ikut mengamati* Ini, Mbak, dikit banget tapinya..
Mbak Yo : *ikut mengamati* Ya ampun, dikit banget itu mah. Lagian ini plastiknya juga bagian yang dibuang kan? Gue ga yakin konsumen sempet-sempetnya merhatiin hasil printing yang blur pas pake pembalut..
Linda : Maka dari itu, Mbak, karena kita udah tau berarti kita harus merhatiin plastiknya pas pake pembalut..
Beler emang.
Kunjungan di Tirta Marta berakhir dengan foto bersama seangkatan di depan pabriknya.
Sebelum beranjak dari Tirta Marta, panitia sempat rapat dadakan. Travel Lainuba ini ternyata bukan hanya dipakai oleh TIN doang, Biokim 48 juga menggunakan jasa Lainuba untuk travel fieldtrip-nya. Dari pihak travel diketahui bahwa Pantura banjir dan macet total sehingga kunjungan Biokim ke Sidomuncul pada hari itu dibatalkan karena rombongannya masih terjebak di Pantura. Kudus banjir sehingga kesulitan untuk mengakses jalan ke arah Dua Kelinci di Pati.
Panitia panik.
Pihak Lainuba juga panik.
Iya lah, siapa juga yang ga panik.
Setelah mengucap basmalah dengan muka setengah yakin, akhirnya diputuskan bahwa perjalanan malam ini akan lewat selatan. Kunjungan ke Dua Kelinci dibatalkan. Sidomuncul yang rencananya akan dikunjungi keesokan harinya jam 8 pagi diundur menjadi ba'da dzuhur.
Hari ke-2
Sekitar tengah malam rombongan mencapai Nagrek. Awalnya sih gue tidur setelah singgah sejenak untuk shalat dan makan malam. Tapi di tengah-tengah Nagrek gue terbangun. Dengan kontur jalan yang spektakuler, AC bis yang dingin, dan air freshner yang wanginya terlalu tajam, hal yang gue takutkan terjadi, gue mabok darat.
Setelah berusaha tidur dan ga berhasil, serta kontur jalan yang masih spektakuler, setelah minta tolong dicarikan plastik oleh Camel yang duduk di samping gue, dan dicarikan dengan setengah sadar, akhirnya gue muntah. Camel baru bener-bener sadar setelah gue muntah dan malah dia yang panik. Hanum dan Sendy yang duduk di depan gue jadi terbangun dan ikutan panik karena Camel panik. Mbak Puri jadi terbangun dan ikutan panik. Ria-Iis yang belum tidur juga ikut panik.
Okesip, lu ngerepotin, Dil..
Gue dipaksa minum antimo dan sudah setengah sadar (gue curiga antimo itu sebenernya obat tidur, bukan obat mabok) ketika Ria mengambil HT, dan berkata,
Bis 1-bis 3, bis 2 mau masuk. Dila muntah-muntah
Gempar sudaaaaah --"
Di bis 1 itu mekanismenya adalah HT dinyalakan dengan volume maksimum sehingga seisi bis bisa mendengar apa yang sedang terjadi di HT. Kalau bis 3 justru kebalikannya, volumenya minimum sehingga hanya pemegang HT yang bisa mendengar percakapan. Di bis 2 berprinsip sama dengan bis 1.
Besok paginya ketika gue bangun, inbox gue berisi 6 sms dari penghuni bis 1 yang intinya ucapan semoga cepat sembuh. Terharu gue :3
Pagi harinya sempat beristirahat sejenak untuk mandi dan sarapan di daerah entah namanya apa dan di situ ada matahari. Bukan mall, ini matahari dalam arti yang sebenar-benarnya. Bagi warga Bogor yang udah 10 hari terakhir diguyur hujan, matahari pagi itu terasa menyegarkan.
Di TIN 48 ada 117 mahasiswa yang terbagi menjadi 4 kelas praktikum (untuk memudahkan biasa disebut sebagai P1, P2, P3, dan P4) dan entah kenapa di bis 2 ini ada banyaaaaaak banget anak P3. Cowok P3 yang ga ada di bis 2 sepertinya cuma Iqbal dan Raka. Cewek P3 cukup banyak yang yang di bis 2 ini. Satu hal yang gue sadari, untuk urusan
bully-mem-
bully, P3 keras bro. Sadis banget aksi
bully-nya.
--"
Di P3 ada cowok asal Kendal yang punya pacar adik kelas ketika SMA. Kocaknya temen gue itu memanggil pacarnya dengan sebutan
'Hun Bun', yang merupakan singkatan dari
hunny bunny *iya itu emang geli banget gue juga dengernya pas pertama kali*.
Perjalanan menuju Sidomuncul ini melewati Kendal dan habislah sudah temen gue yang asal Kendal itu. Dia diserang dari segala arah mengenai 'Hun Bun' sampai ga bisa membela diri.
Ada seorang teman gue (juga anak P3) yang entah gimana pokoknya kebelet pipis pas di Kendal. Teman gue itu mencari-cari pom bensin dan tak kunjung menemukannya. Di tengah-tengah kebelet pipis, teman gue itu masih aja mem-
bully betapa susahnya mencari toilet umum di Kendal
*ampun lah ya, kebelet pipis aja masih jail*.
Hari yang sudah beranjak sore (karena melewati rute yang memutar ke pedalaman Kendal untuk menghindari kemacetan di dalam kota) membuat Yudhis memberi instruksi bahwa ga boleh berhenti di jalan meski untuk pipis sekalipun.
Sial sudaaaaaaaaah.
Teman gue yang kebelet pipis itu mukanya langsung panik.
Setelah keluar dari pedalaman Kendal, pom bensin bermunculan,
which is ada toilet. Tapi karena ada instruksi dari Yudhis itu akhirnya bis 2 tetep melaju.
Ada lagi teman gue (masih P3) yang juga sama jahilnya, dia malah ikut ngomporin setiap lewat pom bensin, bahkan menjanjian akan memberi Beng-Beng kalau sudah melewati 5 pom bensin. Di pom bensin ke 6 (atau 7?) setelah ada perdebatan kecil via HT, akhirnya bis 2 berhenti untuk ke toilet. Dan teman gue itu sepertinya masih berhutang Beng-Beng hingga tulisan ini diturunkan.
Mendekati jam 5 sore, rombongan fieldtrip ini sampai di Sidomuncul. Untung saja ada shift kerja sore di Sidomuncul sehingga kami masih tetap dapat melihat proses yang berlangsug.
Ada celetukan Hanum selaku PJ medis bis 2 ketika baru tiba di Sidomuncul,
Waaaah, Tolak Angin kita pulang kampung..
Alasan panitia memilih Sidomuncul adalah karena manajemen mutunya. Mutu produk Sidomuncul telah diakui secara luas sehingga sejauh ini telah berhasil mengekspor produk ke berbagai belahan dunia.
Satu hal yang gue bingung di Sidomuncul adalah terdapat beberapa hewan yang berada di kandang. Bukaaan, bukan gue bingung kenapa hewan itu ga dilepas aja, bukaaan. Gue bingung aja kenapa harus ada hewannya.
Seusai dari Sidomuncul, perjalanan sempat terhenti untuk makan malam, shalat, dan membersihkan tubuh. Di pemberhentian malam ini terciptalah 'Geng Sikat Gigi' yang isinya cewek-cewek bis 2. Gagal paham gue juga sesungguhnya sama geng ini.
Karena sudah sejak malam sebelumnya disadari bahwa antrian kamar mandi akan begitu membludak, Geng Sikat Gigi ini akan tersebar di beberapa barisan antrian, begitu ada personilnya mendapat giliran antrian terlebih dahulu, seluruh personil geng akan menuju ke bilik itu dan silakan dibayangkan kehebohan apa yang mungkin terjadi bila ada sekitar 5 orang yang menyikat gigi di dalam bilik yang sama.
Perjalanan malam ini dihiasi oleh Camel yang mabok darat lantas meminum antimo. Sempat memutar film (entah apa, gue lupa) dan ada sedikit eror di pertengahan cerita. Selama kesibukan kecil mengurus eror di film, Camel sudah berpindah ke alam mimpi.
Esok paginya Camel terbangun dan dengan muka meyakinkan berkata antimo itu sirep, bukan obat mabok perjalaan.